Jalur Pascalulus


Panda alias Penganugerahan Wisudawan kemarin(Sabtu 5/4) berbeda dimana saya menjadi pesertanya, bukan sebagai tukang bantu-bantu dekorasi 2 tahun lalu. Seperti biasa, Panda menjadi kesempatan dari HMIF dan FIF untuk memberikan bekal kepada pada informatikawan yang hendak mengarungi kejamnya dunia yang lebih sadis daripada lembar Kartu Hasil Studi (yang berceceran rantai Karbon).

Masa depan? Ya, menarik membahasnya dan rasanya tidak akan pernah ada habisnya menikmati obrolan masa depan, tentang karir, tentang cita-cita, ambisi, progresivitas, atau (bagi yang sudah siap) tentang menikah (yang ini bukan topik postingan kali ini). Panda kemarin pun menghadirkan bintang tamu yang menurut saya keren parah, yaitu kang Rofiqi dengan pengalaman uniknya dalam berpromosi kemampuan diri serta mba yang namanya saya lupa. Untuk mba yang satu ini (saya sebut dia "putri", kenapa "putri"? kalau "bunga" kesannya kriminal gitu, punten ya mba, lain kali kita kenalan), saya salut dengan cara dia membawakan suasana, mba Putri ini mengajak sejumlah wisudawan untuk maju sharing, pakem demikian merupakan teknik komunikasi yang menjadi favorit saya. Selain memberikan efek "gue yang ngomong di depan bukan yang paling pinter lho" namun juga memberi nuansa dua arah sehingga sesi itu terasa bukan milik salah satu pihak saja.



Acara sharing macam ini bukan perrtama kali saya ikuti. Pada semester 7, di mata kuliah ASE (kelas SIDE yang tugasnya ICM) dimana durasi tiap pertemuan 2 jam jsutru dipergunakan dosen untuk share tentang kehidupan pasca-lulus selama 1 jam awal. Dosen ini pula yang mengajak saya menyelenggarakan sharing informal dan kecil-kecilan kepada yang hendak sidang Januari lalu. Sharing ini diadakan di Lab AI sehingga member lab AI dapat follow ke diskusi ini walau sidangnya masih jauh (bukan "Ga tau kapan sidangnya"). Perbedaan diskusi kala itu adalah dijelaskannya tentang kategorisasi kehidupan pascalulus sebagai seorang sarjana.

Kategori pertama adalah lulus sebagai informatikawan/wati yang bekerja sebagai karyawan (baik di bidang IF maupun non-IF). Ini dapat dilabeli sebagai jalur paling lazim, awam, serta langsung dipikirkan (secara default). Risiko kegagalannya "relatif aman" dimana kesempatan memperoleh gaji sebagai wujud kemandirian dari orang tua diperoleh lebih awal dibandingkan kategori lainnya. Hanya saja muncul risiko lain berupa penganut "mazhab" ini yang sangat banyak menjadikan kategori ini sangat amat sungguh padat. Butuh kecerdasan dalam menata karir dimana banyak faktor yang eprlu dipertimbangkan, antara lain durasi kontrak, salary, keuntungan di korporasi yang kita pilih, bagaimana caranya cocok dengan calon perusahaan.

Kategori kedua adalah menjadi akademisi atau periset. Frase yang sering merepresentasikannya (terutama dalam penulisan di KTP) adalah "dosen", walaupun tidak semua periset itu dosen (namun dosen punya kewajiban riset cmiiw). Menjadi dosen pun syarat administrasinya pun konon ditingkatkan menjadi minimal S2 (CMIIW), artinya diperlukan modal tambahan untuk meningkatkan strata pendidikan plus waktu yang dikorbankan sekitar 1-2 tahun. Sedangkan menjadi periset non-dosen pun jalurnya ada sendiri.

Kategori ketiga adalah menjadi entrepreneur. Dari bahasa tentu ini yang paling asik. But, bukan hal yang mudah untuk yakin di jalur ini, baik secara mental maupun finansial. Modal yang tidak sedikit, butuh kemampuan untuk menggaet client, kemampuan meyakinkan orang tua, ya namanya juga merintis, tingkat risiko kegagalannya relatih lebih besar.

Kategori keempat adalah hybrid, ya istilahnya nyambi-nyambi gitu, artinya kategori-kategori di atas dijalani dua atau ketiganya, bisa secara sekaligus bisa juga ditargetkan tahun sekian sampai sekian di kategori apa lalu tahun berrikutnya di kategori ini.

Kategori kelima adalah langsung menikah, skip ajalah ya....

Nah, agar wawasan bisa lebih luas sehingga kematangan dalam memilih dan menata masa depan bisa lebih cerdas, maka alangkah baiknya bila di Panda (ataupun event semacamnya) berikutnya disuguhkan bintang tamu dari ketiga jalur di atas (yg hybrid ama langsung menikah nggak juga gapapa hehee). Masing-masing bisa menjelaskan jalur karir (carier path) yang harus dilewati. Siapa yang berkompeten mengisi? Untuk jalur pertama sudah cukup banyak, jalur kedua pun ada bu KAL, bu APK, pak KMS, pak DWM, pak MDS, pak ARL dll, sedangkan jalur ketiga bisa mendatangkan misalnya bang Resha Akbar, kang Hilman Fauzi dan masih bnayak lagi.

Atau bahkan boleh jadi penerawangan jalur masa depan seperti ini dilakukan bukan ketika besoknya wisuda, melainkan di awal tahun terakhir (S1 di awal semester 7, D3 di awal semester 5), tujuan agar mereka lebih matang menentukan pilihannya.

Masa depan itu milik tiap orang dimana orang tersebutlah aktor/aktrisnya

No Response to "Jalur Pascalulus"