Parameter Kemelencengan Media


Belakangan isu tidak sedap menjangkiti masyarakat, yaitu ketidakpercayaan terhadap media massa. Media massa di sini, baik elektronik maupun cetak. Baik yang bereporter resmi maupun masyarakat awam yang dapat menciptakan berita. Keberpihakan, kegejean berita, ketidakakuratan berita dan lain sejenisnya.
Pada hakikatnya, media massa bukanlah kitab suci yang diturunkan Illahi melalui para Rasul sehingga jelas akan ditemui kecacatan. Namun tidak berarti media massa bisa seenaknya dalam berceloteh. Masyarakat pun telah menjadikan berita sebagai kebutuhan hidup yang didapatkan dengan pengorbanan secara ekonomis maupun tenaga/waktu. Lantas bagaimanakah kemelencengan suatu media dapat kita identifikasi? Ada beberapa parameter yang dapat menjadi acuan untuk mengetahui kelurusan suatu berita, yaitu :

Tujuan media massa tersebut ada
Biasanya tertuang di visi, misi, dan serupanya. Bila suatu pers kampus telah mendeklarasikan berdirinya suatu terbitan untuk mengkritisi kebijakan kampus maka dapat "diwajarkan" bila berita mereka tidak pernah berisi kesuksesan rektorat/dekanat, begitu pula bila rektorat menerbitkan majalah yang bertujuan sebagai pusat informasi prestasi kampus maka jangan pernah menyebut rektorat "buta" terhadap berbagai problema yang makin menjamur di kampus. Boleh jadi kita terbawa emosi dengan pemberitaan yang kurang berimbang maupun terlalu menohok suatu pihak, namun akan lebih baik bila kita sudah tahu "untuk apa media tersebut ada". Yang tidak "fair" adalah ketika suatu redaksi mencanangkan medianya sebagai media yang melayani informasi seluruh masyarakat secara independen tanpa kepentingan politik, namun beritanya justru mempropaganda untuk mendongkrak popularitas suatu partai, yang demikian sudah tentu (kalau kata Urang Sunda) "goreng pisan".


Kebutuhan masyarakat
Media massa yang bodoh adalah yang memberitakan sesuatu yang tidak dibutuhkan masyarakat. Misalnya berita yang ditayangkan hanya berisi cacian tanpa memberikan solusi karena yang dibutuhkan masyarakat adalah solusi yang cerdas bukan hanya membuka kebobrokan bangsa doang. Paramter ini dapat disebut sebagai faktor paling dinamis dan perlu dilakukan analisis yang baik.

Keberadaan bukti
Bukti menjadi barang mahal yang menyebabkan banyak media massa memilih "latah" dengan meng-copas segala tetek bengek artikel buatan media lain padahal yang diberitakan entah bagaimana kebenarannya. Ada pula yang memanfaatkan fanatisme suatu kelompok terhadap agama tertentu dengan menyebarkan fitnah terhadap suatu pemerintahan tanpa bukti yang jelas dengan harapan kelompok tersebut terhasut isu bahwa si pemerintah tidak sesuai dengan agama kelommpok tersebut, kedunguannya lagi adalah itu bermotif politik.

Mungkin parameter-parameter tersebut masih memenuhi ekspektasi Saudara, seloww bro, langsung saja komentar di bawah bila Saudara berkenan menambahkan hal-hal lainnya

No Response to "Parameter Kemelencengan Media"