Berisiknya Eredivisie di Akhir Musim

Salah satu liga mayor di Eropa telah menuntaskan sistem "saling sikut"-nya pada malam ini. Liga mayor yang peringkatnya semakin merosot sebagaimana sepak terjang delegasinya di kompetisi Eropa yang terus melorot. Liga Belanda, yang strata tertingginya berlabel Eredivisie, menyisakan persaingan sengit di pucuk klasmen dengan dua pacu tersisa hingga pekan ke-34, yaitu Ajax Amsterdam dan PSV Eindhoven. Ditambah Feyenoord Rotterdam yang sudah mengunci peringkat ke-3, maka tradisi trio "merah-putih" kembali dilestarikan tanpa mampu direcoki 15 tim lainnya. Mereka, yang diarsiteki oleh para alumnus timnas Belanda dan juga FC Barcelona: Frank de Boer, Philip Cocu, dan Giovanni van Bronckhost, dah membawa kabur "gembok" 3 besar sejak pekan ke-25.

Okey, bicara klasmen keseluruhan memang tidak segokil liga mayor Eropa lainnya. Tim tradisional (si trio "merah-putih") relatif stabil dibandingkan big-4 Inggris ataupun 7-magnificent Italia. Tidak ada juara baru laiknya di Inggris. Praktis berisiknya Eredivisie hanya bersumber dari poin sama Ajax dengan PSVdi pekan 33, yaitu 81. Jelang pekan 34 ini, hitung-hitungan kertas memihak Ajax. Menang 1-0 atas De Graafschap sudah cukup menobatkan mereka sebagai juara musim ini. PSV hanya punya sedikit pilihan: meraih hasil poin lebih baik dari Ajax (Ajax kalah maka PSV minimal imbang, Ajax imbang maka PSV harus menang) atau menang dengan surplus gol melampaui Ajax. Masalahnya surplus gol Ajax saat ini adalah 61, sedangkan PSV hanya 56 alias berselisih 5. Jika Ajax unggul 1-0 atas De Graafschap, maka PSV harus menang atas PEC Zwolle dengan selisih gol 6. Jelas 90 menit yang mendebarkan dimana 11 pemain masing-masing di kedua tim bakal dihantui "update skor" pertandingan sebelahnya.

Hingga menit 54, klasmen menayangkan Ajax sebagai pemegang tampuk. Namun gol balasan De Graafschap menghadang Ajax, sebaliknya di PSV mengudeta dengan keunggulan 2-0 atas Zwolle. Di penghujung kedua laga, PSV berhasil unggul 3-1 sehingga raihan poin mereka menjadi 84, sedangkan Ajax? Hasil imbang 1-1 tetap bertahan dan juga menahan Ajax dengan poin akhir 81. Berakhir sudah musim ini dengan PSV juara secara dramatis...

Gol Younes mengawali senyuman Ajax di laga pamungkas Eredivisie musim ini, hingga pada akhirnya gelar malah jatuh ke PSV :(
(sumber gambar: twitter.com/AFCAjax)


Kini, setelah usai, Eredivisie menabur pertanyaan yang sama sebagaimana musim-musim sebelumnya. Sejauh apa delegasi mereka bisa merangsek ke jajaran elite Eropa. Musim lalu, nasib naas Ajax di European League dihiasi terdepaknya PSV atas adu penalti vs Atletico Madrid. Eredivisie sudah sekian musim kuota ke Eropanya dipangkas dan dialihkan ke Super League Turkey, Liga Portugal, hingga Russian Premier League. Publik di luar Eropa lebih akrab dengan nama FC Porto, Zenit, hingga Galatasaray. Padahal Ajax adalah kolektor 4 gelar Piala/Liga Champions, pun PSV dan Feyenoord yang masing-masing menyeruput 1 gelar. Kini Eredivisie lebih menjelma sebagai pintu bagi pemain muda yang ingin ke La Liga, EPL, Serie A, dan Bundesliga.
Okey, setelah berisik hingga akhir musim, bagaimana kiprah Ajax, PSV, dan Feyenoord di kompetisi Eropa musim depan?

No Response to "Berisiknya Eredivisie di Akhir Musim"