Nama Pahlawan sebagai Nama Stadion di TSC 2016

Bangsa Indonesia merupakan bangsa yang sangat bangga dan tidak mudah lupa akan jasa para pemimpin yang juga menjadi pahlawan. Hal itu bisa dilihat pada penamaan stadion di Indonesia yang justru erat kaitannya dengan para pahlawan, khususnya yang memberikan kontribusi bagi daerah tersebut. Sebagaimana kebiasaan di negara-negara lain, nama pahlawan kerap digunakan secara resmi sebagai nama jalan, nama bandara, hingga nama universitas di Indonesia. Namun urusan memberi nama stadion dengan nama pahlawan merupakan hal yang jarang ditemui di negara-negara lain. Di Eropa, kerap sebuah stadio diberi nama dengan nama seseorang, namun orang tersebut bukanlah pahlawan terkait latar belakang perjuangan nasionalisme. Justru nama atlet hingga presiden klub pemilik lah yang digunakan sebagai nama stadion, misalnya Stadion Giuseppe Meazza, Stadion Marc Antonio Bertegoni, Stadion Santiago Bernabeu. Nah, berikut ini beberapa stadion kandang klub TSC yang namanya diambil dari nama pahlawan.

Dari pesisir Barat Pulau Andalas, sebuah stadion dengan arsitektur khas rumah gadang tegak berdiri. Semen Padang merupakan tuan rumah dari stadion yang dinamai H. Agus Salim ini. Beliau merupakan tokoh diplomat ulung yang berhasil menjadi ujung tombak pergerakan nasional, mulai dari era Serikat Islam hingga diamanatkan sebagai menteri di sejumlah departemen di era Presiden Soekarno. H. Agus Salim, yang lahir di Koto Gadang, Agam, berperan besar sebagai juru bicara Indonesia saat menjalani proses "angkat suara" di ruang diplomasi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Yang menarik, stadion ini menyertakan huruf "H" yang merupakan singkatan dari Haji sebagai nama stadion. Sebuah isyarat bahwa masyarakat Minang menerapkan ABS-SBK di segala lini.

Beranjak ke Pulau Jawa, tepatnya di Jakarta Selatan, sebuah bangunan megah menjadi kandang Persija sekaligus timnas Indonesia. Pernah stadion bernama Senayan sebagaimana letak kawasan tersebut. Namun di awal era Reformasi, pemerintah mengubah namanya menjadi nama sapaan akrab tokoh proklamator Indonesia, yaitu Bung Karno plus awal "Gelora". Stadion Gelora Bung Karno merupakan stadion dengan kapasitas terbesar di Indonesia dengan rekam jejak tingkat Asia relatif menyilaukan, yaitu lokasi utama Asian Games 1962, Asian Games 2018 (insya Allah), serta final Piala Asia 2007. Secara pribadi, Bung Karno memang merupakan tokoh yang sangat memperhatikan peran olah raga, termasuk sepak bola, sebagai wahana untuk menggalakkan nasionalisme. Nama Bung Karno (termasuk Soekarno) juga terhitung lengkap karena dipakai pula sebagai nama jalan, nama bandara, dan juga nama universitas.

Tokoh legendaris dalam babat tanah Sunda juga mewarnai sepak bola Indonesia. Nama Prabu Siliwangi mengacu pada seorang maharaja bernama Sri Baduga yang merupakan pemimpin kerajaan Sunda Galuh. Kemasyurannya juga menginspirasi TNI daerah Jawa Barat dan Banten yang menamai Kodam mereka dengan sebutan Siliwangi. Di era perserikatan hingga Ligina, Stadion Siliwangi menjadi kandang dari Persib Bandung. Namun di musim ini, stadion ini menjadi pangkalan PS TNI, klub berbasis tentara yang secara geografis kebetulan stadion Siliwangi terletak di basis wilayan TNI Kodam Siliwangi.

Stadion Si Jalak Harupat ini adalah stadion yang menjadi markas Persib Bandung sejak era ISL. Walau terletak di Soreang, Kab. Bandung, bukan Kota Bandung, namun kapasitas yang lebih luas daripada Stadion Siliwangi menjadi alasan migrasinya si Pangeran Biru. Memang, di satu sisi nama Si Jalak Harupat adalah sebutan untuk ayam jantan legendaris di masyarakat Sunda. Namun di sisi lain, nama ini juga mengacu pada julukan seorang pahlawan nasional asli dari Bandung Raya, yaitu Otto Iskandar Dinata. Beliau merupakan sosok pribumi yang terkenal keberaniannya dalam menggerakan persatuan Indonesia sehingga Jawa Barat menjadi pihak yang pro terhadap bentuk negara kesatuan. Satu-satunya hal yang masih menjadi misteri terkait sosok Otto Iskandar Dinata adalah kronologis hilangnya beliau di akhir hayatnya.

Beralih ke Jawa Timur, ada stadion yang juga menggunakan kata sapat "Bung", yaitu Stadion Gelora Bung Tomo. Stadion ini menjadi markas klub berbasis kepolisian, Bhayangkara Surabaya United (selain Stadion Gelora Delta Sidoarjo). Bung Tomo kerap menjadi simbol dari Hari Pahlawan karena memang kepiawaian lantang beliau berpidatolah menjadi sumbu yang menjadikan Arek-Arek Suroboyo berkobar melawan gempuran tentara Inggris (NICA). Saya pribadi sempat mendengarkan cuplikan pidato beliau yang saya akui "pedas" memang pantas menjadi sumber dari peristiwa dahsyat yang kemudian menjadikan Surabaya dijuluki sebagai Kota Pahwalan.

Lamongan punya sejarah panjang sebagai sebuah wilayah administratif. Di pertengahan abad 16, Lamongan yang menjadi wilayah setingkat kadipaten memiliki pemimpin baru bernama Tumenggung Surajaya. Dari sinilah, alasan stadion yang dihuni oleh Persela Lamongan memiliki nama Surajaya.

Stadion ini sebetulnya kerap disebut tatkala Persegi Gianyar masih pentas di Divisi Utama Ligina. Namun sejak porak-porandanya Persegi plus kempisnya keuangan klub asal Bali lainnya (Perseden Denpasar, Perst Tabanan), tenggelam pula detak jantung sepak bola di Pulau Bali ini. Di awal 2015, Persisam yang hijrah ke Bali memutuskan berganti identitas menjadi Bali United Pusam dengan pilihan stadion jatuh pada Kapten I Wayan Dipta. Nama beliau memang tidak setenar I Gusti Ngurah Rai, yang juga nama bandara. Tapi jangan salah, beliau merupakan talenta yang dikenang karena keberaniannya memimpin perlawanan terhadap penjajah Belanda.

Kota Tenggarong di Kalimantan Timur sebelumnya hanya identik dengan Kerajaan Kutai selaku kerajaan tertua di Indonesia. Namun sejak klub bernama Mitra Kutai Kartanegara melejit di pentas ISL, kota satu ini mulai mencuri perhatian. Salah satu kelengkapan klub yang paling membuat orang bertanya lebih jauh tentang kota ini adalah nama stadion, yaitu Aji Imbut. Siapakah beliau? Sekedar informasi, nama Aji di masyarakat Kutai merupakan gelar kebangsawanan (cmiiw). Aji Imbut merupakan sultan yang menjadi pemimpin masyarakat Kutai Kartangara, khususnya dalam pertempuran melawan VOC. Beliau bergelar Sultan Aji Muhammad Muslihuddin. Di awal pemerintahan beliau, ibu kota kesultanan Kutai dipindahkan ke Tepian Pandan yang diubah namanya menjadi Tangga Arung, di kemudian hari lidah orang menyebutnya Tenggarong.

Demikian itulah nama-nama stadion di TSC 2016 yang ternyata berasal dari nama seorang pahlawan. Semoga memberi pengetahuan tersendiri, khususnya terkait sejarah Indonesia dari berbagai sisi. Di luar stadion-stadion tersebut masih ada beberapa nama stadion yang berasal nama individu pahlawan, baik nasional maupun pahlawan setempat. Misalnya Stadion Kaharudin Nasution di Pekanbaru, Stadion Abu Bakrin di Magelang, Stadion Letjen H. Soedirman di Bojonegoro, Stadion Gelora Supriyadi di Blitar,

No Response to "Nama Pahlawan sebagai Nama Stadion di TSC 2016"