Leicester City, di Ambang Juara EPL dan Debutan UCL

Leicester City kini di ambang sejarah yang sontak menjadi perbincangan di berbagai belahan dunia. Klub yang musim lalu berkubang di zona degradasi, kini berlumur dukungan untuk menjadi juara Liga Inggris. Titel yang tidak sekedar perdana sebagai peserta Premiere League, namun juga sepanjang partisipasi mereka di kancah sepak bola Liga Inggris. Jika mereka berhasil mereka menjadi klub yang benar-benar baru pertama kali menjuarai Liga Inggris (s/k EPL) pasca Nottingham Forest meraih trofi Liga Inggris di musim 1977-1978.

Kita masih berbicara umpama. Ya, status Leicester City saat ini tidak lebih dari peraih 2 besar yang terancam juara. Bisa jadi kegagalan Tottenham menundukkan Chelsea akan menobatkan Leicester meraih gelar juara tanpa harus menanti dua laga tersisa. Maka kita masih berasumsi jika Leicester meraih gelar juara Liga Inggris yang juga membuat mereka otomatis berlaga di Liga Champions musim depan. Memang peringkat tiga (yang kini diduduki Manchester City) pun otomatis tiket ke grup Liga Champions, namun jika ada kesempatan juara, kenapa tidak sekalian juara?

Jika bicara kemungkinan juara Liga Inggris sekaligus lolos ke Liga Champions, maka Leicester akan mengikuti jejak Deportivo La Coruna, FC Rubin Kazan, FC Twente, Bursapor, dan Montpellier. Masing-masing berstatus juara La Liga 1999-2000, Russian Premier League 2007/2009, Eredivisie 2009/2010, Liga Turki 2009/2010, serta Ligue 1 2011/2012. Sebagai kadonya mereka dihamparkan tiket ke Liga Champion tanpa kualifikasi. Di musim masing-masing itu mereka pertama kali bertahta di liga tersendiri. Hal yang sama juga berlaku bagi Leicester. Dan di sinilah, Leicester musti waspada.

Dari klub-klub tersebut, praktis hanya Deportivo La Coruna yang berhasil merangsek hingga babak 8 besar Liga Champion. Rubin Kaza dan Twente harus rela tergusur ke Liga Eropa lantaran hanya mampu menyentuh ranking 3. Bursapor dan Montpellier malah terperangkap dengan status juru kunci. Jelas alarm yang menandakan perlunya waspada sebagai klub pendatang baru. Kompetisi Liga Champion juga mengisyaratkan Leicester harus melakoni 4 turnamen sekaligus karena di Inggris terdapat 3 kompetisi lokal dan sebagai tambahan tidak ada "cuti tahun baru".

Leicester perlu mencontoh Super Depor yang tidak mendadak ambrol skuadnya pasca juara La Liga 1999-2000. Sosok Djalminha dan Roy Makaay yang begitu sentral tidak dilego begitu saja. Justru hadir sosok Diego Tristan sebagai penguat kualitas tim. Memang gelar La Liga gagal dipertahankan, namun torehan langkah di Liga Champion yang mencapai 8 besar jelas prestasi non-trofi yang spesial. Jadi, rekomendasi terbaik bagi Leicester City jika mampu mengukir sejarah di blantika musim ini adalah pertahankan sosok Riyad Mahrez, Jamie Vardy, Shinji Okazaki, hingga Kasper Schmeicel.

Sumber foto: www.caughtoffside.com

No Response to "Leicester City, di Ambang Juara EPL dan Debutan UCL"