cerobong gundah mungkin akan lebih mengepul
teramat banyak kumparan menggerogoti logika
bahkan naluri pun layakny formalitas semata
kepingan puzzle yang tercecer di padang kering
nestapa?tanyakan saja pada kamus itu seperti inikah maksudnya
bahkan bila secerca cahaya malam merebus wajahku
mungkikah bintang yang melintas itu 'kan kembali dan menetap di sini
ataukah jelaga dan renjana jadi hidangan tiap kusandarkan raga
lirih aku torehkan senandung tautkan sajak
manjakan mimpi agar senantiasa meliuk di atap langit
dan pada yojana di sana pun pandangan terhalangi riak orang berlalu lalang
langkahi sekujur kota ini pun hanya jadi obat sesaat penawar pedih
syahdunya malam luluk lantahkan penyangga irama hati yang rapuh
jemari meloncat-loncat di kubangan maya sekedar lapangkan nafas
klisenya pertanyaan adalah "bolehkah mati sebagai solusi"
tanamkanlah pada bumi harapan kemilau itu
selagi manusia punya daya gerakkan raga
pupukkanlah gemericik khusyuknya pinta
dan pelangi jadi awal baru telantarkan hujan yang reda
jagalkan isak melanda bila daratan menyalak jeritkan tawa
membahananya cahaya benderang di sana
semu ataukah riil dirinya?
bila itu hanya secuil dan sekedarnya dia menyinari maka pikirkanlah bijaksana
hingga kegosongan mendominasi hati ini
dan tetaplah di lajur kewajaran nan tak tersulut amarah
sampai 'nubari tak lagi menerawang jamaknya kemungkinan
dan yang terakhir berdansa ialah nuranimu
No Response to "Balada 0,59 mm dari pusat syaraf"
Posting Komentar