My Quotes for Them

Beberapa sahabat yang spesial yang menjadi katalis sekali pendongkrak semangatku sejak aku kenal mereka dan inspirasi ketika aku terpuruk, tak hanya itu, mereka memberikan perhatian, dukungan, dan bantuan yang subhanaALLah, semoga ALLah membalasnya

Arief Adityo Nugroho, Amd
Lulusan D3 Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang (dan sekarang sedang lanjut D4 di kampus yang sama) ini merupakan kawan saya sejak kelas X SMA lantaran satu ekskul dan satu kepengurusan OsK (2005/2006). Tapi harus diakui dia merupakan kawan terkarib saya dimana diantara kita sudah tidak ada lagi istilah itung-itungan hutang (kecuali pinjem duit buat nonton konser Laruku ama titip kaos Indonesia hahaa). Malem-malem jalan kaki dari Dukuhsalam ke pelabuhan Kota Tegal, terhempas badai di Guci dan Suniarsih, berpetualang sebagai kontingen (agak) intelektual di Semarang, ngeluyur dari Pedurungan-Sekaran-Kalibanteng, berserakan di Jakarta, menjamur di Jababeka, tersesat di Margasari, ngelayab di Bandung menjadi fragmen kecil ketidakbisadiaman kita. Hampir di semua aspek beliau menjadi tempat sharing yang asik, mulai dari akademik, agama, dunia kerja, sepak bola, musik, dsb, kecuali romantika anak muda, terlalu berbahaya tampaknya untuk di-sharing-kan sehingga pengetahuan beliau tentang romantika saya (dan sebaliknya pun) sangat cethek, mungkin kapok insiden Slawi Kulon #peace_broo Sebenarnya sih kita hanya tergabung di dua organisasi tadi (bahkan sejak kelas XI, kita cuma satu organisasi) plus tidak pernah sekelas, tapi emang chemistry itu tidak sekedar kuantitas menjadi faktor pendukung kekompakan kita, tentunya di samping faktor dia pradana (ketua) dan saya kerani (sekretaris). Di luar itu saya juga bingung menjelaskan apa yang menjadi faktor penguat persahabatan kami, mungkin karena saking kraketnya ya





Gita Chandra Setyorini
Bisa disebut bahwa dia merupakan teman perempuan terbaik saya (teman lho teman ^_^) Kebetulan jadi orang Margasari pertama yang saya kenal (saya orang Balapulang yang sejak umur 4 tahun pindah ke Margasari), kebetulan juga sejak TK ampe kelas  SMP sekelas mulu (bosen juga sih). Orangnya asik buat diajak diskusi, sangat welcome kepada orang lain (welcome maksudnya ramah, bukan kesed). Bahkan ketika aku ga terlalu peduli hari ultah saya, eh beliau menjadi salah satu dari beberapa kawan yang PM langsung ke nomor saya. Dan untuk riset skripsi saya pun dia ampe ngirimin salah satu slide kuliah dia tentang rekam medis digital, beuhhh, simpel tapi sangat mengindikasikan kepedulian seorang sahabat. Satu yang saya pelajari dari beliau adalah kegigihannya meraih apa yang menjadi jalan menggapai cita-citanya. Sejak kecil pengen banget jadi dokter sehingga kelas XII SMA pun segala wujud pendaftaran calon mahasiswa perguruan tinggi manapun beliau selalu berjuang di jalur kedokteran (untung di ITT ga ada kedokteran hahaa). Sempat frustasi juga beliau lantaran keberhasilan sering tertunda, namun kini meskipun pasca-lulus beliau semakin sibuk mengurusi pasien dalam rangka Coas pada berbagai stase di sebuah rumah sakit di Ponorogo (ga disebut namanya bukan karena faktor etika tapi emang gue lupa) tapi dia sangat menikmati apa yang menjadi passionnya (jadi gue jangan mudah murung nih ketika menghadapi layar Java dkk). Pokoknya siapapun suaminya, berani saya sebut orang tersebut sebagai lelaki yang beruntung dan tidak menyesal punya pasangan hidup kayak dia, why? gw yang 'cuma' sahabatnya saja sangat nyaman dengannya.

Norma Etika Futri Alviani, S.ST.
Kalau Arief bisa disebut sebagai lelananging jagadnya pramuka SMA 1 Slawi, maka sosok yang satu ini patut disebut sebagai cahaya yang selalu terang dimanapun dia berada. Di SD 2 Margasari dialah siswa teladan dari versi manapun (bahkan dengan rival terdekatnya justru dia saling membahu dan bermain canda). Di SMP 1 Margasari dia "nyaris" solo running lantaran tidak ada yang bisa meladeni kedigdayaannya. Pokoknya menyebut angkatan kami, maka nama dia yang akan terngiang pertama kali (tapi kalo kendablekan boleh jadi saya hahaa). Dan ketika di SMA 1 Slawi, dia memilih fokus di bidang karya ilmiah, tepatnya KIR Scientist, di sini lagi-lagi dia menunjukkan bahwa sentuhannya (bisa dianalogikan) masih midas. Dan ketika hengkang ke STIS dia menjadi tonggak reinkarnasi jurnalistik mahasiswa plus aktivis lingkungan. Sebagai kawan yang pernah beberapa kali berlapak organisasi sama (OSIS SMP, Karate SMP, KIR SMA) jelas saya bangga dengan orang macam Norma Etika Tatatertib Sopansantun ini. Dia juga termasuk inspirasi saya rajin menulis di blog. Orangnya hampir setipe dengan Gita, hanya saja bisa menjadi battoushai bila ada yang macem-macem kepadanya, #hahaa

Yogi Winardo
Diantara orang-orang di artikel ini, dialah yang paling awal saya kenal, ya iyalah wong rumahnya persis di depan rumah saya di Balapulang. Kalau ada yang bilang sahabat kalo ga berantem itu aneh, berarti persahabatan kita aneh banget donk. Ga pernah ada ceritanya kita berantem (seinget gue sih :p) Badannya kecil tapi pemikiran kritisnya OK punya lho. Selalu punya ide-ide brilian yang tidak semua orang pernah membayangkannya. Selain itu dia juga berkarakter tegas (tegas lho,, bukan berani kuat berjiwa s*ni). Yang paling terharu buat saya adalah ketika saya dirawat di RSI Tegal, beliau datang menjenguk saya. Beliau baru saja menyelesaikan studinya di D3 Planologi Universitas Diponegoro dan hendak lanjut S1 di kampus yang sama.


Mokhammad Dina
Bocah koplak yang terus berkembang. Diantara perrsahabat 4 orang (saya, Ina, Andy, dan Lana), dialah yang paling tampan secara realiti dan secara kesoktampanan. Gayanya emang agak tengil dan becandanya tajem, tapi bagi saya, pemuda yang sedang menyelesaikan studi di S1 Manajemen UIN Jakarta ini merupakan kawan yang asyik untuk sharing. Perkenalan kami selama hampir setahun di sebuah bimbel berlanjut hingga kini. Salah satu cita-cita saya yang betul kesampaian adalah mengunjungi kosnya di Tangerang Selatan, wallahualam, semoga kesampaian.

Andy Garcia Zulfikar
Apa yang ada di benak kalian ketika ada seseorang yang tahu-tahu bisa nimbrung ke obrolan kalian? Ada dua kemungkinan, communication skill-nya mantap atau bisa juga doi sotoy. Nah orang ini untungnya masuk kategori pertama. Kemampuan interpersonalnya sangat bagus, khususnya pada teman sebaya. Tingkat kepercayaan dirinya pun sangat luar biasa. Baca puisi bukan hal yang tabu untuk dilakoninya. Hampir semua bentuk kesenian, termasuk grafis dan olah vokal menjadi kemahirannya. Perkenalan saya dengannya di sebuah bimbel selama kurang lebih 4 bulan sudah lebih dari cukup untuk membuat kami akrab luar dalam. Hal tersebutlah yang menyebabkan saya mengenal kakaknya, Wisnu Widiarta, yang yoilah keren pisan.

Lana Candrawilasita Hakim
Pertama bertemu saat try out UN di SMA 1 Tegal 2005, ini orang kok pendiem ya? Dan ternyata itu salah besar (semoga bukan dosa besar). Orangnya sangatttttt ngocol plus maniak anime. Sebenarnya kita pernah sekelas di XI.IA3 tapi di situ dia sangat pendiem sehingga bagi orang yang hiperaktif macam saya tentu perlu menurunkan tensi agar satu frekuensi dengannya. Yapss, gaya bicaranya memang snagat kalem (bukan loading lho) dan pandai menempatkan diri untuk berbicara sopan dengan orang yang lebih sepuh. Oh ya, pernah saya main ke rumahnya di Pangkah dan ya Allah tembok kamarnya nyaris tidak nampak sama sekali lantaran dipenuhi poster anime yang saya pun tidak tahu itu apa nama tokohnya. Itu tak jauh beda dengan visitasi saya ke kosannya di belakang SC. Satu-satunya yang berbeda dengannya adalah ukuran badan, tepatnya luas badannya yang makin gempal saja. Saya kadang berpikir, dia ini sebenarnya ngekos ga sih? kok makin tambun ya? saya aja makin kurus :( Well, dia merupakan orang yang komit terhadap janji pada sahabatnya. Begitu tahu tanggal 17 Jan 2013 saya hendak sidang dia benar-benar datang. Itu menjadi pemantik saya untuk survive melawan penjajahan para dosen penguji.

No Response to "My Quotes for Them"