When Talkshow Has Been My Milestone

What Your Mind is (or will be) Your Future ternyata terbukti dalam milestone atau pencapaian hidup saya bertajuk sidang tuas akhir, yang saya sebut talkshow. Kenapa talkshow, ya biar lebih elegan dan tidak sekeras image-nya selama ini dimana sidang TA dikenal sebagai ladang pembantaian ataupun genoside dengan seorang korban tunggal dikeroyok massal oleh para hitokiri battoushai.

11 Januari bukan sekedar lagu akustik romantisnya Gigi, tapi juga momen dirilisnya jadwal talkshow sesi Januari 2013 ini. Si ganteng dari Tegal (demikianlah mereka menyebut saya) berkesempatan ber-stand up comedy dengan topik skripsi saya di hadapan HTT, VRE, dan SWD. HTT itu bu Hetti, kita pernah berkolaborasi dalam acara pengmasy di Cilampeni serta nge-paper di FISIP UI. Bu VRE setelah saya telusuri di berbagai paper dan jurnal ternyata bu Veronika Effendy, kalau tidak salah beliau jadi asisten dosen SBD-33-01 dimmana saat itu saya ngelawak materi SBD yang tidak saya mengerti namun dengan kesotoyan saya tersebut, bu VRE tampak bingung ini saya dapat rujukan darimana, hahahaa. Dan SWD, dua kali kami dipertemukan oleh kode mata kuliah SE2343 serta lantaran saya menjadi Sekum HMIF era bung Alvin, maka secara tidak langsung bu SWD selaku dekan pun tahu wajah saya. Hari demi hari hanya dilewati dengan memilih template slide, latihan di malam hari, ngawas UAS (dimana uangnya buat beli bolu untuk tmeen-temen yang mau nonton sidang saya), serta diakhiri ketidakbisaan tidur lantaran gundah gulana.

17 Januari 2013 06.30 saya mampir dulu di Lab AI, ada Al, Arif, Hanif, yang masih menikmati dekapan mimpi sambil menganggap saya angin lalu :(.
Setelah berkhusyuk diri akhirnya saya mantapkan menuju ruang F111. Di situ masih sepi dan dingin. Satu per satu teman saya datang tanpa wajah optimis saya bakal lulus dengan mudah. Justru pembimbing dan penguji saya yang belum datang sama sekali. Nyaris setengah jam talkshow di-pending hingga akhirnya, pembimbing saya yang datang dari khayangan, bu KAL akhirnya turun ke bumi F111, tapi tanpa bu APK. Ternyata penguji ketiga bu SWD mendadak diganti pak EGP. Langit yang gerimis pun makin kelam. Ternyata benar, pak EGP menjadi aktor utama penganiyayaan mental saya, khususnya dari metodologi penelitian. Berbagai suasana, tegang, kocak, nge-bete-in, ngantukin (bagi seorang penonton), dingin (karena AC saya nyalain biar pembimbingnya tidak betah hahaa) menjadi warna yang patut dikenang.

Pak EGP yang menjadi "stuntman" ternyata belum menerima berkas TA saya berbisik minta buku TA via bu KAL. Bu KAL pun berbisik ke saya memintakannya. Waduh, buku TA saya 90 halaman dan saya sudah tidak punya stok lagi selain cetakan buku yang satu lembar isi 4 halaman dan itu bolak-balik, jelas tidak mungkin saya berikan ke pak EGP, lantas saya pun pura-pura tidak mendengar bisikan bu KAL tersebut dan menyibukkan diri menjawab pertanyaan dari bu HTT #ampunnn bu.

Entah apakah menjadi penilaian mereka atau tidak, tapi terus terang saya merasa percaya diri dengan penampilan visual saya. Berdasi, ngapain sih berdasi, bukannya makin sesek ya? Well, adik saya sekolah di SMA-nya saja berdasi, maka abangnya talkshow kagak pake dasi? Lagipula dua orang senior saya, kak Thom (TTX-09) dan bang Agus (TT-05) pun mengenakan dasi saya talkshow mereka dan saya melihat itu sebagai bentuk yang memberi image kesiapan dan kedewasaan mereka. Lantaran setahu saya penguji saya tidak ada yang berwatak kaku, maka beberapa slide pun saya buat kocak, misalnya bagian demo program saya tampilkan gambar mahasiswa lagi demo di jalanan, bagian tinjauan pustaka saya bikin pemain bola lagi ngomong keluar quote-nya gitu, serta kesimpulan dan saran saya buat dalam desain lay out Windows8. Sebagai pengagung kreativitas, hal tersebut jelas meningkatkan kepercayaan diri saya dalam membincangkan hasil penelitian saya.

Dan talkshow tersebut menjadi milestone yang mengasah kedewasaan saya sebagai klimaks masa studi saya di IT Telkom ini.

No Response to "When Talkshow Has Been My Milestone"