Mendefinisikan Diri, Baik Apa Buruk sih?

Definisi itu simpelnya adalah batasan. Batasan yang kek mana nih?
Batasan yang dimaksud kali ini adalah batasan mengenai diri sendiri yang kau punyai deskripsinya. Emang harus ada ya? Baik apa buruk sih? Terus gimana penggunaannya?

Definisi diri secara naluriah telah kita lakukan tatkala kita mendiskripsikan diri sendiri, baik secara subjektif (contoh : ganteng, rajin, berrbudi pekerti luhur), maupun objektif (contoh : anak IT Telkom, keturunan Minahasa). Hanya saja sering kita menyadarinya. Tujuannya jelas, sebagai filter terhadap kondisi sekitar mana yang berprospek baik untuk kita mana yang jelek. Sebagai contoh seorang dengan definisi anak informatika jelas akan berprospek baik (default-nya) tatkala berkutat dengna coding. Seorang yang mendefinisikan diri sebagai pecinta hamster tentunya akan berpikir panjang dan cenderung menolak bila ditawari memelihara kucing.

Lantas, apakah hal ini baik ataukah buruk? Ini relatif sudut pandang yang dipakai. Pertama, cenderung positif ataukah negatif defnisi yang kita buat? Selain itu, hal-hal yang menjadi pantangan atas definisi kita itu yang seperti apa. Serta bagaimana kita mengkomunikasikan definisi kita kepada orang sekitar kita.

Tujuan dari definisi diri ini adalah sebagai panduan idealisme/komitmen untuk bersikap/berprinsip. Sebagai contoh, tatkala di himpunan yang suasananya lebih riang dibandingkan BEM, jelas pengurusnya perlu mendefinisikan diri untuk mengedepankan kekeluargaan (cmiiw). Selain itu, bagi seorang muslim, definisi diri ini berfungsi ini memilah arus pergaulan sekitar, mana yang sesuai agama dan mana yang tidak.

Sehingga pada akhirnya, perubahan seseorang ke arah lebih baik, tidak lagi didasarkan pada kepentingan politik (sesaat), mengejar duniawi semata, melainkan kesadaran bahwa definisi diri ini adalah hamba Allah sehingga patutlah untuk tunduk kepada segala ketentuan-Nya

No Response to "Mendefinisikan Diri, Baik Apa Buruk sih?"