Thanks my shoes

Sepatu ini perlahan mulai pudar aksen songketnya, sesuatu yang menjadi daya tarik mengapa saya ingin memilikinya sejak pertama melihat iklannya.
Banyak perjalanan yang saya lalui bersamanya, futsal di Bandung, kuliah di Bandung, lomba di Bandung, piknik di Jogja, magang di Jogja, KP di Semarang, hingga berkeliaran di Lombok serta tak terhitung lagi momentumnya.
Ada banyak pula yang merembesinya, mulai dari air hujan, air genangan di jalanan, keringat, hingga darah. Darah? Ya darah kepala saya tatkala kecelakaan di Semarang turut mengucuri sepatu ini.
Sepatu yang tak punya nama, namun menjadi koleksi terawet saya dalam mempunyai sepatu. Hampir 2 tahun kami bersama walau tak selalu saya kenakan.
Once again I must say, "thanks ^o^"

No Response to "Thanks my shoes"