Inggris vs Indonnesia?

Awalnya saya tidak terlalu mempermasalahkan nama kampus saya, mmm lebih tepatnya "evolusi" kampus saya. Hingga pertengahan 2013, Institut Teknologi Telkom alias ITT merupakan brand yang mutlak tanpa dualisme. Dualisme hanya melanda ketika orang mengira itu versi apaan dari STT Telkom. Itu doank, titik, selebihnya tidak ada persoalan berarti. Mungkin karena belum pernah mengikuti event tingkat internasional, maka versi Bahasa Inggris dari nama IT Telkom pun sering membuat saya bingung, kalau tidak salah sih Telkom Institute of Technology. Entah apakah itu valid menurut grammar khas British. Memang pernah mikir, apa ketika IT Telkom ini mengutus sivitas akademianya ke laur negeri, maka kampusnya harus dikonversi ke dalam Bahasa Inggris.

Di suatu kesempatan, saya mengengok blog Pak Rinaldi Munir yang mengulas pembahasainggrisan brand Institut Teknologi Bandung yang juga menimbulkan sejumlah versi, antara lain Bandung Institute of Technology, Institute of Technology Bandung, Institute Technology of Bandung.
 Dari situ saya beropini, bahwa pro vs kontra konversi nama kampus ke dalam Bahasa Inggris yang notabene bahasa internasional jenjadi suatu yang lumrah, bahkan ITB pun mengalaminya. Itu baru lingkup Indonesia, di luar negeri gejala serupa pun ada, misalnya Technische Universitat Wien yang memakai Vienna University of Technology sebagai versi Inggrisnya, ada juga Qatar University, malah ada yang mempergunakan nama ganda Tsinghua University China / 清华大学Eidgenössische Technische Hochschule ETH Zürich / Swiss Federal Institute of Technology ZurichUniversity of Amsterdam / Universiteit van Amsterdam (CMIIW)
Hanya saja timbul pertanyaan, kalau di PBB ada lima bahasa yang diakui sebagai bahasa percakapan, kenapa tidak pernah diributkan versi dalam Bahasa Mandarin, Rusia, Prancis, dan Spanyol?

Ada juga ganjalan lain. Saat kita tinjau kenyataan bahkan mengonversi ke Bahasa Inggris saja perlu kajian mendalam tentang validitas frase yang dipakai. Kenapa? Dalam kasus tertentu, frase nama perguruan tinggi di Indonesia, mempunyai karakteristik yang beragam. Untuk kasus Universitas Indonesia, mungkin orang sudah familiar dengan University of Indonesia, walau mungkin ada yang salah menerjemahkan menjadi Indonesian University. Kegalauan mulai melanda deras tatkala nama kampus terdiri dari tiga kata atau lebih, macam Institut Teknologi Bandung, Institut Teknologi Sepuluh Nopember, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Universitas Islam Indonesia, hingga Sekolah TInggi Ilmu Pemerintahan Dalam Negeri atau malah Sekolah TInggi Ilmu Ekonomi Bank Pembangunan Daerah Jawa Tengah. Maka solusi untuk permasalahan adanya versi yang beragam adalah membuat sebuah produk hukum yang mengatur tentang nama kampus dalam Bahasa Inggris yang digunakan yang mana, atau mungkin juga termasuk dalam bahasa asing lainnya.

ngomong-ngomong soal aturan, saya jadi ingat ketika kembali ke Dayeuhkolot sekitar Januari lalu. Saat itu diskusi bareng adik kelas di UKM Karate. Saat itu topik obrolannya adalah proses pengajuan verifikasi administrasi UKM di Universitas Telkom. Menyaksikan cover, pertanyaan polos nan lugu yang terlontar dari saya simpel, "Eh yang bener Telkom University (yang ditulis di cover nama Inggrisnya) atau Universitas Telkom?" Perkiraan saya, si adik kelas puny argumentasi apa gitu, eh ternyata malah bingung. Bahkan ada kawan yang turut menimpali bahwa dirinya juga bingung Universitas Telkom ataukah Telkom University di cover TA-nya nanti. Transformasi 4 kampus menjadi satu label Universitas Telkom tentunya membawa sejumlah rencana branding yang tidak gampang. Pertama, dari segi nama kampus yang dipakai adalah Universitas Telkom, namun target menjadi World Class University membuat nama panggung yang dipakai adalah Telkom University. Kedua tataran fakultas pun dibuat "latah" dengan versi Bahasa Inggris, yaitu Telkom Engineering School, Telkom Business School, Telkom Applied Science School, dan Telkom Creative School.

Sepintas hal ini menjadi sebuah kemajuan. "Kuliah dimana bro?" "Telkom Engineering School, Telkom University broo", tentu jawaban tadi akan lebih mengesankan dibanding jawaban "Fakultas Teknik Universitas Telkom". Adakah yang salah? Tidak ada yang salah apabila kita menempatkan sesuatu dengan benar, dan permasalahannya saat ini, aturan pemakaian nama Universitas Telkom dalam Bahasa Indonesia dan bahasa Inggris bagaimana kondisionalnya, itu yang jadi problem. Mahasiswa yang secara struktur ada di lapisan bawah tentunya cenderung latah dan pasif menelan informasi tentang TES, TBS, TASS, TCS, serta Tel-U. Bila yang jadi konteks obrolan kos ataupun kasus non-formal, tentu tak ada masalah. Namun ketika berurusan dengan administrasi macam ijazah, surat keterangan untuk S2, beasiswa, maupun hal-hal formal lainnya, termasuk di dalamnya legalitas ormawa di Universitas Telkom, maka sudah jadi harga mati bahwa harus ada sosialisasi mengenai aturan pemakaian nama kampus, singkatnya "kapan makai Telkom University" dan "kapan makai Universitas Telkom"

Terlepas ketentuan/aturan yang berlaku, saya sendiri lebih "sreg" dengan kosakata Bahasa Indonesia "Universitas Telkom", kenapa? Kita ambil analogi berikut :
Saya punya teman namanya, namanya Bangkit Budiman. Ketika ber
kunjung ke New York (aamiiin) tentu nama dia tetaplah Bangkit Budiman, bukan "Rising Goodboy". Atau bahkan ketika ditanya apa nama masjid kampus saya oleh kedubes asing, maka jawabannya "Syamsul Ulum", bukannya "Knowledge Sun".

Masih banyak kampus di luar negeri sana yang mempertahankan nama mereka dalam bahasa asli, misalnya Technische Universitat Munchen hingga Universität zu KölnUniversidad Politécnica de Valencia, dll. Nama-nama ini dipakai dalam konteks urusan per-Webometric-an yang skalanya internasional. So, kenapa kita musti minder dengan nama "lokal"? hehee


No Response to "Inggris vs Indonnesia?"