dan Walimahan bertajuk Pemilu itu ...

Hajatan massal itu pun akhirnya berlangsung, ya Pemilihan Umum 2014 berlangsung dengan kehebohannya, baik dalam konteks positif maupun negatif.

Jauh sebelum bilik digelar, hiruk pikuk sudah menjalari tiap sudut jalanan, termasuk di Jakarta, Bandung, dan juga Tegal Raya. Baligo jadi screensaver (yang nggak bikin save sama sekali) di sepanjang pinggir jalan. Adanya tahu teknik komunikasi sehingga posenyum terkece yang dipasang, ada pula yang memajang wajah lesu nan sendu. Sebuah partai yang tampaknya perlu kursus fotografi :p. Ada pula yang malah baru belajar sotosop dan lupa baca ketentuan hak cipta sehingga sejumlah musisi diklaim mendukung mereka. Belum cukup? sebuah kuis yang sebenarnya wayang pun harus rela jadi bahan hujatan di kaskus. Namun itu belum seberapa, media jadi ajang pertarungan nggak jelas. Antara simpatisan plus kader versus para hater. Kata-kata naif, munafik, hingga plesetan slogan bukan barang baru di tiap harinya.

Sementara itu, masih ada sejumlah pihak tidak bertanggung jawab yang entah lupa atau sengaja, tidak mencabut stiker-stiker promosinya di berbagai tempat. Dan untuk hal ini, jujur saja itu menjadi alasan saya berasumsi bahwa "memberesi stiker kampanye dirinya aja belum bisa, gimana mau ngeberesin bangsa?" Memang sih, pendapat yang naif, but ya mau gimana lagi ya? -_-

Terkait apa yang mereka gusung, ah sudahlah saya terlalu bingung, apa saya yang terlalu apatis ataukah memang tidak ada tawaran program yang menarik. Kenapa emangnya? Program yang ditawarkan menurut saya sangat diplomatis dan kurang kreatif. Yang ditawarkan kalau bukan bantuan finansial, lapangan kerja, ya kesejahteraan. Jarang yang mau berkreatif dalam menciptakan program. Barangkali ini pula yang mereduksi perhatian generasi muda terhadap pemilu. Atau memang segmen mereka yang bukan ke generasi muda ya? entahlah...

Mnrt hasil riset Lembaga Penyelidikan Ekonomi dan Masyarakat UI (LPEM UI), prakiraan dana yg beredar mencapai Rp 115 triliun. Angka ini mengalami kenaikan sebesar 4 kali lipat dari pemilu terakhir tahun 2009 yang hanya berkisar Rp 250 juta per caleg. Utk dapat menduduki kursi legislatif, seorang caleg DPR RI harus mengeluarkan dana investasi kampanye sekitar Rp 1,1 miliar. Selain itu, ada 3 sektor industri yg akan mndptkn aliran dana terbesar selama Pemilu: industri kertas dan karton (18%), transportasi dan komunikasi (17%), serta industri tekstil, pakaian dan kulit (12%). Selain itu, sebanyak 86 perusahaan percetakan telah melirik KPU untuk pengadaan logistik KPU pada Pemilu 2014. (dikutip dari twitter Pers Mahasiswa ITB)
Wah,, eduuuunn luar biasa juga ini hajatan.

Seperti di 2009, isu yang jadi sorotan adalah mengenai keharusan memilih berdasarkan DPT. Kekakuan aturan ini dapat dibilang memaksa seseorang cuma boleh memilih di daerah asalnya sesuai KTP. Bagi perantau terutama mahasiswa, mmm, cuma bisa jadi penonton. Malah kalau yang lebih apes, karena dianggap sudah jadi perantau namanya dihapus dari DPT, padahal di daerah rantaunya, namanya pun tidak ada juga. Untuk tahun ini berdasarkan aturan, kasus kedua tadi bisa diatasi, namun untuk kasus pertama, masih  ada ketidakseragaman suara. Hal ini sudah diperkirakan sebelumnya mengingat hal ini snagat berpeluang menjadi jalan untuk "menyeludupkan pemilih gelap" untuk menggelembungkan suara ke partau dan caleg tertentu. Tak heran  hal ini menjadikan banyak TPS menolak kehadiran perantau yang mengandalkan aturan ini karena memang sangat mendadak dan masih belum jelas bagi mereka. Malah di berbagai TPS di sekitar kos di Jakarta Selatan, tidak ditemukan lembaran pemberitahuan tersebut di pintu masuk maupun bagian pendaftaran.

Hasil quickcount pun mulai jadi "raja" di berbagai media massa dan elektronik. Bagi posisinya nyaman terus men-sharenya, yang rapotnya merah cenderung pura-pura nge-share, malah menunjukkan sikap meremehkan validitas penelitiannya. Bagi yang hater partai tertenu, ini kesempatan untuk mengolok-olok sesamanya. Memang hajatan nasioal merupakan telenovela yang menjadi.

No Response to "dan Walimahan bertajuk Pemilu itu ..."