#TutupMata yang telalu #MenutupMata

Ini tentang keprihatinan atas "tingkah laku" beberapa pengurus BEM Unitel yang mengatasnamakan aksi #TutupMata. Maaf jika bahasa di opini ini "keras", tapi mengingat keberanian (sebut saja keberanian walau saya lebih menganggapnya sebagai kenekatan) dalam bertingkah laku itu ya harus membaca opini ini pengurus BEM Unitel harusnya bisa lebih tahan. Toh kalian berani mengkritik pemerintah, masa enggan dikritik.


Kesadaran sebagai "Pemimpin" yang (Biasanya) Diteladani
Presiden mahasiswa itu sudah selayaknya akan diikuti perilaku dan pemikirannya oleh pengurus BEM lainnya, hingga mahasiswa pada umumnya. Dan apa yang dilakukannya mau tidak mau harus kita filter bahwa tingkah laku yang kemarin kurang layak untuk diteladani. Mengapa? Tanya saja akal dan nuranimu :D

Kesadaran tentang Risiko Negatif 
Untuk urusan kesadaran terhadap segala risiko negatif yang mungkin terjadi, ah entahlah saya jujur tidak mengerti. Berdasarkan pemberitaan di media massa serta media resmi BEM Unitel, tidak disinggung mengenai kesiapan BEM dalam mencegah maupun mengantisipasi segala kemungkinan buruk yang bisa terjadi. Apakah memang tingkah yang dilakukan kemarin sudah diyakini akan 100% sukses pun saya tidak bisa memastikan. Jika memang tidak ada rencana penanganan risiko negatif, maka jelas tindakan konyol, apalagi dilakukan di fasilitas umum. Jika memang punya rencana penanganan risiko negatif, sampaikanlah itu dengan gamblang. Jangan mau diperbudak nafsu ingin tampil keren. Jangan seenaknya memanfaatkan fasilitas publik dengan tingkah laku yang tidak paham risikonya.

Kita Bicara Efek
Selama ini demo (atau "aksi" dalam tanda kutip) identik dengan pertanyaan "efeknya apa?" Dan dari pengamatan saya (yang masih sempit dan nggak selebar anak-anak BEM sekarang), tingkah laku kemarin efeknya baru sebatas terpampang di media massa alias popularitas. Jika memang bermaksud menggugah kesadaran presiden, ya sungguh itu tingkah laku jauh dari tujuan. Efek yang didapat sejauh ini hanya berkutat pada ketenaran, jadi pembicaraan orang-orang, jadi trending topic di social media, dan hal-hal lain yang sifatnya teoritis. Apakah ada masyarakat yang memperoleh manfaat secara jelas. Saya butuh penjelasan yang masuk akal dari mereka.

Klaim Korban MediaIni memang faktor eksternal yang di luar wewenang BEM, termasuk presiden mahasiswanya. Hal yang klasik pula karena dari jaman 2008 (awal saya mengenal, mengamati, dan bergabung di BEM (selama 2 periode)) juga terjadi fenomena demikian. Namun pertanyaannya, apakah tidak ada pembelajaran untuk mengendalikan isu. Ketika sebuah pergerakan memasuki gelanggang sosial politik, maka harusnya sadar bahwa akan ada dukungan dan terkaman media massa. Media massa pun (maaf) tidak semua bersikap jujur dalam memberitakan kronologis di lapangan. Ke depannya, jika akan melakukan aksi (yang tentunya harus lebih mengutamakan nalar, kebermanfaatan, dan memberi solusi, ya intinya aksi yang lebih waras lah), maka siapkan juga strategi media yang lebih cerdas agar tidak cengeng menyalahkan media.

BEM nggak cuma demo kok, ada pengmasy jugaWell, kalau memang ada kegiatan pengabdian masyarakat (pengmasy), ya kenapa nggak optimalkan saja kegiatan pengmasy-nya sebagai pergerakan yang lebih memberi solusi. Janganlah kegiatan pengmasy hanya dijadikan sebagai "ajang pemutih reputasi" semata. Investasikan SDM yang dimiliki untuk kegiatan ini tentunya (dan harusnya) bisa lebih efektif dalam memberikan manfaat.

Respon "Ah kalian bisa kritik"
Lha terus harusnya kami (yang mengkritik kalian) bersikap apa? Tatkala kalian (baca: BEM) berani untuk menunaikan hak untuk mengekspresikan pendapat kalian, maka sudah pasti kalian pun wajib dan berani menerima konsekuensi untuk dikritisi mengenai esensi dan cara berpendapatnya kalian. Tapi silakan saja jika BEM masih menggerutu dan kecewa atas kritik kami, itu sudah mencerminkan kedewasaan kalian :)

Klaim Didukung Masyarakat
Pernyataan bahwa didukung masyarakat ini sangat menarik. Kenapa menarik? Karena cara merelasikan antara klaim bahwa "masyarakat mendukung opini presma tentang presiden RI menutup mata" disambungkan dengan tingkah laku mengendarai mobil sambil menutup mata. Sebuah pola pikir yang (menurut saya yang pikirannya nggak selebar anak-anak BEM saat ini) tidak berpikir sistematis. Mengapa tidak sistematis? Tidak perlu penjelasan panjang karena dua hal itu tidak nyambung gaess.

Semoga bsia lebih belajar tentang makna hidup yang penuh kontribusi

No Response to "#TutupMata yang telalu #MenutupMata"