Mau Ada Kompetisi Tandingan (lagi)

Rencana Tim Transisi menggelar kompetisi tingkat nasional menggiring kita ke arah dualisme. Tentu sebuah rencana "gila" yang terlalu berlebihan mengingat tugas mereka menyelesaikan konflik antara PSSI vs FIFA vs Pemerintah pun belum menunai hasil nyata. Ide sebagai penyelenggara kompetisi, ah rasa-rasanya terlalu banyak kerugiannya, apalagi jika dikomparasi dengan konsep Indonesia Soccer Competition (ISC).

Kerugian pertama adalah kekurangan Tim Transisi menggelar kompetisi sekelas ISL, bahkan menggelar turnamen macam Piala Wali Kota pun belum pernah. Artinya, belum ada portfolio yang membuktikan kapasitas Tim Transisi sebagai penyelenggara kompetisi. Atau malah jangan-jangan mereka hanya sebagai pemilik dan pengarah kompetisi sedangkan operator diserahkan ke pihak ketiga? Jika iya, aroma "bermain api" terhirup jelas di sini.

Kerugian kedua tentu bayang masa lalu antara ISL vs IPL yang menghancurkan banyak strruktur klub, baik di ranah top-league maupun di medium-league. Dualisme melanda Persebaya, Arema, Persija, hingga PSMS. Bahkan klub pertama harus hilang namanya dari blantika sepak bola Indonesia lantaran konflik antarpengurus plus suporter. Begitu pula punahnya klub-klub instan macam Bali Devata, Cendrawasih Papua, Manado United, Tangerang Wolves, dll. Praktis hanya Semen Padang yang masih lestari keberadaannya. Secara keseluruhan dualisme adalah ancaman nyata. Galatama vs Perserikatan agaknya tidak bisa dijadikan acuan dalam mengelola dualisme.

Kerugian ketiga adalah komitmen membangun federasi yang semakin terbengkalai. Jujur, daripada mengurusi kompetisi tandingan, akan lebih baik Tim Transisi fokus pada bagaimana federasi bernama PSSI ini makin sehat.

Jadi, yakin mau ada kompetisi tandingan lagi?

Foto:antarafoto.com

No Response to "Mau Ada Kompetisi Tandingan (lagi)"