Sanksi Oke..Apresiasi??

Menjelang pekan mencekam yang bakal datang (baca:UAS), rasanya puyenk juga dengan tugas yang menyita waktu bermain saya. Namun tak ada salahnya menghabiskan malam minggu ini untuk mengetikkan ide, ya itung-itung nunggu nasigoreng yang masih panas :D

Kali ini bukan tentang COBIT, buat yang kangen dengan ocehan saya tentang COBIT, dateng aja ke F111 17 Januari 2013 08.30, ada talkshow dari seorang amatiran yang bakal berkomat-kamit tentang COBIT.

Organisasi, suntuk gak sih ada di dalamnya? Pasti ... Organisasi itu gak kayak permen yang cuma manis dan murah, tapi ada asem, asin, pedes, udah gitu tak jarang bayar (at least bayar kas..hahaa). Dan ibarat luka diberi garam, di organisasi pun pasti ada sanksi bila terjadi segala sesuatu marabahaya yang tidak sesuai jalurnya. Misalnya sering dateng telatlah, timeline ga ditepatinlah, sering bolos rapatlah, banyak bercanda tanpa ada hasillah, dan sejenisnya.

Dan akhirnya berbagai sanksi pun berserakan ibarat air becek gara-gara hujan. Ada sanksi finansial alias denda. Ada juga sanksi psikologis, misalnya push up, sit up (ini nih yang paling ga kuat kalo saya), lay up, ya masih untung kagak dirajam bro. Ada pula sanksi psikologis, misalnya disuruh meminta maaf di depan umum, biak lisan maupun tulisan. Contoh konkret ditemui pada saat awal saya kelas XII, waktu itu para siswa telatan (bukan teladan) mencapai 120 eksemplar, eh manusia. Kemudian para jamaah al-telatiyah ini pun disuruh mengadakan upacara sendiri "ditonton" mereka yang barusan beres upacara. Ada pula di sebuah kepanitiaan menerapkan sanksi terlambat tiap 5 menit pushup/situp 15 kali, khusus koor 2x, ketua 4x. Ada pula dalam tugas kuliah Inovasi dan Kewirausahaan, bila tidak datang rapat persiapan BusinessFair denda per pertemuan, alhasil lebih dari separuh modal kelompok berasal dari denda ini.

Jitu???

May be, yang pasti tiga kemungkinan. Satu, kapok dan tidak akan mengulangi. Dua, tidak kapok dan terus diulangi. Tiga, yang bersangkutan tidak akan pernah muncul di agenda organisasi berikutnya.

Kemungkinan pertama ya no problemo. Yang kedua emang perlu di-kamehame spesies yang beginian. Nah, yang ketiga nih...perlu penanganan khusus bro :D

Namun jangan sampai si pucuk pimpinan ataupun pembuat kebijakan lupa memberikan apresiasi bagi yang telah menaati peraturan dan bahkan apresiasilah yang "sudi" dan "ikhlas" berbuat kebaikan lebih dalam kontribusinya.

Capek gak sih sebagai "anggota biasa" hanya ditagih komitmen? Suntuk ga sih dengan segala tuntutan anu itu yang kalo kita salah sedikit saja langsung dilakukan genoside (pembantaian massal) beruap dipermalukan di depan khalayak. Well, alhasil anggota biasa tersebut hanya bisa menaruh dendam, menumpuk amarah, dan menunggu hingga saat dia berkuasa. Saat dia berkuasa, dia mengulangi "dosa" pendahulunya sebagai pemimpin yang arogan. Begitulah seterusnya hingga hingga hingga tiba saatnya akupun melihat cintaku berkhianat cintaku berkhianat aku terjatuh #skipppp salah download. Begitulah seterusnya hingga tertanam dogma bahwa yang berkuasa itulah yang paling menentukan sanksi,. Ketika mendapat kepercayaan dalam kehidupan di masyarakat, at least ayah/ibu ya hanya bisa marah, marah, dan njewer.

Sebagai solusi yang simpel yang jitu, berikanlah apresiasi yang LAYAK dan SEMAMPU KAU BISA terhadap orang yang kau pimpin. 

Ketika sebuah agenda organisasi dimulai dengan, panjatkan doa agar segala personel di organisasi bisa semakin disiplin (jangan-jangan selama ini tidak pernah slaing mendoakan rekan organisasi agar disiplin ya? hadeuhhh... kawan macam apa nih? hehee). Setelah doa, jangan langsung to the point menagih kerjaan mereka. Sapalah mereka dengan halus dan kasih sayang serta jangan lupa ucapkan terima kasih atas kesediaan mereka hadir dalam agenda tersebut, berterimakasihlah atas kedisiplinan mereka (tapi jangan ampe nyindir berlebihan ama yang telat). Buat mereka memulai agenda dengan nyaman, rileks, dan pastinya merasa dihargai dan berarti.

Jangan mau dicekoki "yang lebih tua lebih bener". Yakin? Coba aja cek prosentase presensi tiap angkatan. Bisa jadi yang muda presensinya lebih rajin daripada yang tua, entah karena semakin tua semakin membangkang ataukah kek mana tak tahu ambo. Jadilah pemimpin maupun senior yang mampu menerapkan "kasih sayang sesama manusia". Eh busetlah, loe ama pacar (yang belom tentu jadi istri loe) alus pisan kalo ngomong, giliran ama temen organisasi (yang capek bareng, sering minjemin loe duit, jarang nagih lagi) malah seenak dengkul (kayak dengkul loe enak aja).

And, terapkan "reward".
Misalnya nih tiap dua pekan ataupun tiap bulan ataupun terserah segimana waktunya lakukan pemilihan orang-orang yang berprestasi lebih. Contoh pengurus putra terbaik periode November, bendahara tim terbaik periode Januari, anggota ter-ontime, anggota ter-lucu, anggota ter- apapun pun sesuai kebutuhan. Hal ini meskipun sederhana (dan kadang hadiahnya tidak berupa fresh money) justru memberikan kesan mendalam bagi anggota. Wah ternyata ke-ontime-an saya dihargai. Wah ternyata kelucuan saya itu mendapat tempat di hati masing-masing.
Teknis pemilihan bisa dilakukan secara prerogatif pimpinan, tim khusus bentukan pimpinan, maupun voting oleh anggota, ya sesuai kebutuhan. Khusus yang voting oleh seluruh anggota, akan timbul semangat untuk menyadari seberapa diri sendiri ini mengenal kawan sekitarnya.

Well, udah larut malam. Saatnya nonton Kamen Rider lagi. See you after my talkshow. 

1 Response to "Sanksi Oke..Apresiasi??"

HAMBA ALLAH mengatakan...

Pas bagian pembukaan katanya sambil nunggu nasi goreng yg masih panas. Kok ujung2nya nonton kamen rider ? Dimakan dlu asi gorengnya, mas. :D #Salah Fokus