Mungkin saja Karena Introvert

Introvert, kosakata yang abru saya ketahui dari adik kelas saat kuliah di IT Telkom. Awalnya cuma manggut-manggut hingga akhirnya memahami apa itu extrovert dan apa itu introvert. Dan setelah sekian lama mengkaji, justru saya berada di perbatasan introvert dan extrovert, namun kecenderungan lebih dominan di introvert. Hal ini tercirikan dengan

Saya mudah berteman tapi sangat sulit bersahabat
Friend di FB 2665, follower di twitter 439, tapi jangan salah, itu bukan parameter introvert atau extrovert-nya seseorang. Saya tipikal orang yang mudah berteman dengan siapapun, bahkan apapun SARA-nya. Hanya saja untuk menjadi sahabat, saya tipikal yang susah mencarinya, bukan karena selektif, lebih ke arah chemsitry-nya. Ya, sahabat saya memang sedikit, bahkan tidak semua sahabat saya pun tahu pola berpikir saya. Tapi bukan berarti saya seenaknya dalam mencari teman lantas membuangnya. Bagi saya, teman itu kebutuhan.

Sangat malas berdebat
Hal ini cenderung menjadikah saya cenderung "pengalah" ketika terlibat dalam debat. Apalagi saya alergi dengan orang yang omongannya seenak jidat (padahal jidat itu ga bisa dimakan) dan kerap meremehkan orang lain. ketika mulai membaca gelagat lawan bicara berorientasi pada kemenangan diri dalam berkomunikasi, saya cenderung menarik diri dengan berbagai cara, misalnya "eh, saya mau main layanan dulu di sawah sebelah rumah dulu ya", "eh, mau nyuci dulu di kosan"

Mudah diledek, dilecehkan, tapi enggan membalas
Entah ada berapa kalimat ledekan yang sering memanaskan telinga saya, mulai dari "si wajah boros", "tampang dekil kucel", "pencuri umur" dan tahulah. Memang saya cenderung senyum bahkan ikut tertawa, tapi sebenarnya di dalam hati berujar "dah puas belum lw?". Kenapa nggak komplain? Saya tidak begitu optimis keluhan saya disikapi bijak oleh mereka. Ya mungkin mereka butuh komoditas perledekan.

Sangat susah menyampaikan keluhan
Well, kadang ini berdampak saya terlalu mudcbah menoleransi hal-hal yang secara prosedur tidak seharusnya berlaku.

Cenderung cuek dengan penilaian subjektif terhadap saya
Orang juga sering bilang "ah lw pakeannya kaos bola mulu dah", "eh itu rambut masih kering, lw tadi mandi ga sih?". Well, saya cenderung malas menjelaskan ulang dan satu per satu bahwa saya "agak" berdarah hangat sehingga mudah berkeringat, alhasil rambut cepat kering, dan baju bola lebih cocok untuk menjaga keringat bisa menguap cepat dibanding kaos biasa.

Ketika emosi negatif sudah di ubun-ubun, saya justru menjadi genosider
Ini bisa dibilang sifat jelek saya. Memang secara umum, penyabar dan pemaklum sudah melekat dalam menyikapi berbagai permasalahan, tapi pengalaman membuktikan ada kalanya ketika emosi mencapai ubun-ubun saya tidak segan mematap lawan bicara dengan tatapan orang yang siap mengunyah manusia, karena itu ketika sedang "mangkel" saya lebih memilih melihat ke langit, bukan berarti lagi nyari UFO lho y. Malah bila dalam sebuah kelompok, kemarahan saya cenderung adil komutatif, maksudnya siapapun orangnya meskipun tingkat kemangkelannya berbeda, atau malah ada yang tidak saya mangkel bisa kena "kamehame" dari saya.

No Response to "Mungkin saja Karena Introvert"