Ini Ciri Tulisan Saya

Menulis itu merupakan salah satu hobi saya. Alhamdulillah berkesempatan menulis di beberapa lapak (tentunya di luar blog ini hehee), baik itu di ladang online, ladang majalan softcopy, ladang offline alias cetak, ladang ilmiah.

Beberapa tulisan di ladang online:



Beberapa tulisan di ladang majalah softcopy terdapat di

  • Majalah NolDerajat episode 2 dari FUKI Fasilkom UI (klik di sini)
  • Majalah NolDerajat episode 3 dari FUKI Fasilkom UI (klik di sini)


Kalau di ladang offline baru satu, itu pun 7 tahun yang lalu di majalan Edukita, hehee...judul artikelnya malah sudah lupa saya #upss

Ladang ilmiah, alhamdulillah berkesempatan ikut menulis di KNK FISIP UI 2011, SNATI UII 2012, IISF 2012, dan KNSI 2013. Bagaimana dengan 2014? Autnilum autnihil T_T

Jujur, saya masih sangat belepotan untuk urusan menulis, jika bukan karena senang, tentu nggak akan pernah nulis lagi. Terutama berkaitan dengan menulis ilmiah, karena tanggung jawab moral yang sangat dituntut tingginya. Hanya saja, karena emang kalau mau terjun di dunia perdosenan wajib nulis dan kebetulan menulis itu hobi saya, ya OK jalani saja hehee.

Berkaitan dengan hobi yang satu ini, mmm... apa ya ciri khas tulisan saya?
Mungkin terlalu lebay, tapi bagi saya yang emang berkarakter introvert maka tulisan saya bisa dibilang memiliki ciri "mencoba ngobrol".

Kerap diawali kutipan seseorang ataupun sajak
Awal tulisan menjadi daya tarik agar seseorang tidak lekas menyingkirkan tulisan kita. Kutipan yang unik, ataupun sajak yang menarik merupakan "obat bius" yang membuat pembaca berpikir "eh, ntar dulu, apaan nih?". Ya begitulah kira-kira. Khusus juga tulisan yang saya buat adalah liputan event, maka sebisa mungkin saya "umbar" kutipan atau quote pengisi acara sebagai representasi keunikan acara. Harapannya pula pembaca berpikir, "eh, kemarin ada yang menarik ternyata" dan dia mau lanjut membaca. Kalaupun bukan kutipan, saya memakai sajak dengan maksud menyampaikan tujuan acara dalam bahasa lain yang (penginnya sih) memesona.

Mengajak berdialog
Memang pernah ada yang berujar (lebih tepatnya nanya), kenapa ada kata sapaan orang kedua berupa "kawan"? Bukankah artikel yang dibuat cenderung menyampaikan. Ya, bagi saya, penyisipan kata sapaan merupakan teknik yang mengajak pembaca terikat dalam alur pikir yang kita sampaikan. Ajakan untuk mengkritisi opini kita, ajakan untuk mengiyakan opini kita, ajakan untuk membayangkan apa yang kita kemukakan. Dan secara psikologis, cara mengajak pembaca terlibat menjadi trik agar tulisan kita lebih bisa dipahami.

Penuh diksi dan tanda kutip
Pilihan kata alias diksi penting bagi saya karena itu menentukan cita rasa tulisan dan mempengaruhi bagaimana kita menghargai pembaca dengan sajian frase pilihan yang segar dan anti-monoton. Kenapa harus ada tanda kutip? Karena saya sering memakai frase konotatif yang memaksa secara EYD untuk memberi tanda kutip hehee

Akhir menggantung
Kalau yang ini, juga "pernah", tapi sering saya membuat tulisan dengan akhir yang menggantung. Tujuannya apa sih? Yups, bikin penasaran pembaca sehingga pembaca ketika selesai mengitari tulisan kita, dia akan merasakan ada sesuatu yang belum selesai. Sehingga, dia akan coba menelusuri sumber lain tentang tulisan kita sehingga tingkat kepuasan dalam membaca tidak selesai begitu saja. Pembaca menjadi lapar untuk "memangsa" tulisan lain. Selain itu, pembaca juga tidak begitu saja mengenyahkan diri atas ide-ide yang kita kemukakan. Ide-ide kita (harapannya) masih "hangat" dan bisa memaksa pembaca menelurkan ide lain menimpali ide kita barusan.

Nah, itu dia empat ciri tulisan saya, khususnya tulisan non-formal (di luar tulisan ilmiah). Mengapa saya sering menuturkan "harapannya", "penginnya", "mencoba"? Ya karena saya hanya bisa berupaya, namun hasil akhir, itu di bagaimana pembaca memahami tulisan saya, tentunya dengan peran Allah di dalamnya

:)

No Response to "Ini Ciri Tulisan Saya"