Tradisi Sejak 1972

Kemenangan Tontowi/Natsir di Olimpiade Rio lalu berhasil melestarikan tradisi emas yang sempat punah. Tradisi emas yang digapai Indonesia ini kebetulan sangat spesifik pada sebuah cabang olah raga, yaitu bulutangkis. Sulit disangkal bahwa cabang yang jauh dari hingar-bingar layaknya sepakbola inilah menjadi tumpuan Bangsa Indonesia agar lagu Indonesia Raya bisa terus dikumandangkan, termasuk nanti di Olimpiade Tokyo 2020. Emas kali ini juga mengganjilkan raihan Indonesia menjadi 7 setelah secara beruntun Alan Budikusuma (tunggal putra 1992), Susi Susanti (tunggal putri 1992), Rexy Mainaky/Ricky Subagja (ganda putra 1996), Tony Gunawan/Candra Wijaya (ganda putra 2000), Taufik Hidayat (tunggal putra 2004), dan Hendra Setiawan/Markis Kido (ganda putra 2008).

Menariknya, tradisi ini sebetulnya sudah dirintis jauh sebelum Alan Budikusuma dan Susi Susanti meraih emas di Barcelona 1992. Sebagai info, ajang tahun 1992 tersebut merupakan debut cabang bulutangkis dipertandingkan secara 'resmi'. Tepat 20 tahun sebelumnya badminton alias bulutangkis sudah merintis pengakuannya sebagai cabang olah raga di ajang olimpiade. Hanya saja di tahun 1972 tersebut, bulutangkis masih menjadi cabang olah raga percobaan dalam Olimpiade Muenchen.



Diagram keberhasilan Indonesia meyeruput gelar juara di ajang demonstrasi badminton dalam Olimpiade Muenchen 1972


Tebak hasil apa yang dibawa pulang kontingen bulutangkis Indonesia saat itu?
Dari empat nomor yang ada, Indonesia menyabet sepasang gelar juara serta sepucuk gelar runner-up. Gelar juara disumbangkan oleh tunggal putra Rudy Hartono serta ganda putra Ade Chandra/Christian Hadinata. Sementara itu, Utami Dewi melesakkan dirinya sebagai juara 2 di nomor tunggal putri. Nyaris saja dirinya menembus final ganda campuran bersama Christian Hadinata. Praktis ajang 'demonstration' ini menjadi panggung yang didominasi oleh Indonesia. Negara macam Denmark, Jepang, hingga Malaysia plus Inggris tidak tampil segreget Indonesia. Hanya saja memang raksasa badminton bernama Republik Rakyat Tiongkok serta Korea Selatan memang belum berkecimpung di cabang ini. Terlepas dari faktor terakhir ini, tentu sebuah kebanggaan bahwa Indonesia terlibat besar dalam proses perintisan bulutangkis sebagai cabang olah raga resmi di Olimpiade.

Berselang 16 tahun kemudian, badminton menjadi cabang olah raga eksebisi di Olimpiade Seoul 1988. Tuan rumah tentu berminat mendulang emas dari cabang ini. Pun dengan RR Tiongkok yang notabene raksasa dunia dalam per-badminton-an. Praktis keduanya menjadi penjegal langkah Indonesia untuk melanjutkan dominasi 16 tahun sebelumnya. Korea Selatan mampu menyabet 3 gelar juara dengan 2 gelar juara lainnya dicaplok RR Tiongkok. Indonesia beruntung masih bisa mengamankan satu titel juara 2 lewat Icuk Sugiarto. Sejak saat itu pula, harus diakui, eksistensi Indonesia di cabang bulutangkis mengalami penurunan menjadi 1 emas per olimpiade.


Hasil Cabang Badminton di Olimpiade 1988

No Response to "Tradisi Sejak 1972"