#AmigosXSiemprè

Tak banyak ysng krnal Martin Ricca, Belinda Peregrin, C. Uckerman, Ernesto Laguardia. Wajar...mereka hanya dempat mehgudi layar kaca di era 2001-2003, sudah satu dekade lebih. Dan agaknya kita lebih ngeh jika disebut Pedro, Anna, Santiago, dan Salvador. Acara apa hayoo? Yuppss Amigos X Siempre
Bisa dibilang ini satu-satunya telenovela yang saya ikuti dengan cermat. Jangan tanya macam Rosalinda dkk-nya wkwkwkk. Awalnya fikenalkan saudara jauh saya, Yogi, penasaran dam semakin disimak menarik juga... memang ada bimbu khas telenovela yaitu cinta, tapi di Amigos X Siempre lebih mengutamakan sisi kreativitas dalam bersekolah.

Film sangat mengumbar pesan untuk melihat karakter orang dari berbagai sudut, khususnya pendekatan pribadi. Sosok Gilberto yang mengalami kegagapan dalam berbicara, bahkan orang tuanya sendiri kurang mengakui eksistensi si anak. Namun Salvador, justru mampu mendekati dia dan memberikan perhatian ekstra melebihi si orang tua. Perlahan kepercayaan diri serta senyum Gilberto meningkat pesan. Di forum dia lebih berani tampil menyampaikan pendapat walau harus terengah-engah diri air mata bahagia.

Tak cukup di situ, tokoh utama Anna yang dikisahkan pengalami tekanan batin oleh ayahnya karena terus dipersalahkan atas kematian ibunya. Tiap hari dia terus dan terus mengurung diri di kamar dan hanya ditemani piano. *ngomong-ngomong piano, lagu Mi Angel de Amor di alum soundtrack-nya asik banget dah*. Dalam mengembalikan kepercayaan diri, sosok Salvador selaku guru sekaligus paman ternyata tidak cukup membuka keceriannya. Tampillah Pedro, si rambut belah dua yang inovatif dan hiperaktif yang mampu mengajak Anna melihat jendela dunia.

Kemudian sosok Neftali yang dikisahkan sebagai karakter yang kejam dan memiliki permasalahan pribadi dimana tidak ada orang lain yang memberikan perhatian kepadanya kecuali rasa takut dan segan. Permasalahan pribadi pula yang menjadikan perpecahan di sekolah Vidal dimana Gilberto sebagai kawan karib Pedro malah membelot keluar. 

Kisah perbedaan latar belakang ekonomi juga diapungkan lewat penggambaran rumah tangga yang beragam antara keluarga Gilberto-Lourdes, Rafael, Pedro-Anna, Santiago, hingga Carlitos. Boleh jadi ini merupakan shock terapi yang memaparkan bahwa Meksiko bukanlah negara yang gemerlap sebagaimana citra industri telenovelanya. Masih banyak kesenjangan sosial di dalamnya. Ngomong-ngomong industri telenovela Meksiko saat ini benar-benar mengalami kemerosotan dari sisi ekspor karya. Nasib yang lebih ditampilkan India yang masih mampu berdiri dalam tonggak Bollywood. Silaunya Korea memang turut menjadikan tayangan telenovela sedang "punah" dari layar kaca.

Kembali ke Amigos X Siempre
Bicara kesenjangan sosial, di sini dipaparkan bahwa sikap egaliter dalam bersahabat merupakan cara untuk mencegah rasa iri dengan latar belakang antar-teman. Sosok sederhana macam Lourdes, tengil macam Patricia, tajir macam Renata, hingga anak tukang kebun Juan. Salutlah nilai filosofisnya. Tema remaja yang digusung memang segar dan riil. Tidak ada bumbu cinta yang hiperbolik. Konflik Pedro vs Santiago pada akhirnya reda (walau agak antiklimaks). Lantas apa yang paling spesial dari telenovela satu ini?

Inovasi ala Salvador...
Bayangin sekolah yang tadinya menjunjung disiplin kok malah disodorin konser di tengah lapangan.
Orientasi belajar di bangku kelas mampu didobrak dengan kegiatan softskill macam sepakbola dan musik.
Dinding antara siswa dengan guru yang mampu dienyahkan dengan keakraban tanpa takut wibawa jatuh.

Satu lagi, 12 lagu yang jadi soundtrack-nya asik banget buat didenger :) Favoritnya ada dua, yaitu El Ritmo de la Vida serta Pacto de Amor.

No Response to "#AmigosXSiemprè"