Review X-Men The Days of Future

Review X-men
Salah kartun favorit walau tidak bisa konsistensi mengikutinya. Dan harus diakui nuansa "dark" sangat melekat di berbagai versi movie film ini. Khususnya di X-men The Past of Future. Dari judul kita sudah bisa menebak bahwa akan ada dua alur, yaitu masa lalu dan masa depan.

Film ini dibuka dengan aksi survival sejumlah mutan yang tersisa dimana harus diakhiri dengan genoside oleh robot-robot Sentinel pemusnah mutan. Kekuata yang berubah-ubah nan kebal menjadi titik pembeda kekuatan saat perang tanding . Satu per satu mutan bertumbangan, hingga dimulai petualangan kilas balik yang dilakukan oleh Wolverine.

Lagi-lagi kita tentu bertanya kenapa harus Wolverine yang jadi tokoh sentral? Dan lagi-lagi pula jawabannya ada pada kemampuan menyembuhkan diri yang sangat cepat sehingga dia dianggap mampu bertahan dari tekanan batin saat kembali ke masa lalu. Sebuah hal yang tak mampu dilakukan oleh Profesor Xavier maupun Magneto (Erick) yang diceritakan sudah berdamai dan kehabisan strategi untuk menyelamatkan nasib mutan dari pembantaian.

Apa ya yang spesial dari film ini?

Sebelumnya harus diingat bahwa skenarionya didasarkan pada komik aslinya terbitan era 60-an 70-an, sebuah masa dimana komik Marvel merupakan senjata propaganda Amerika (Bintang Putih-Biru) dalam mencitrakan keburukan Uni Soviet (Bintang Merah). Dan hahahaa kita dicekoki kurikulum yang justru saat ini Uni Soviet sudah bubar.

OK kembali ke pertanyaan sebelumnya.

Film ini megisahkan tentang karakter. Ada watak  konsisten ala Wolverine yang harus sabar menghadapi Prof. Xavier muda yang sangat bengal dan sudah putus asa. Kemudian sosok Erick yang entah mengapa kok bisa cerdas banget menyusupi robot-robot Sentinel dengan besi mikro sehingga bisa ia kendalikan. Tak lupa Mystique yang diceritakan akhirnya legowo tidak membunuh presiden serta si dokter ble'e. Padahal si Mystique udah ampe nangis-nangis liat foto-foto mutan lainnya dibunuhdna dijadikan bahan eksperimen robot.

Sejumlah adegan slow motion yang ada di momen yang pas. Pertama saat Xavier, Erick, Morgan dikepung pasukan Pentagon tanpa disangka QuickSilver langsung bergerak sangaaaat tangkas membelokan arah peluru sambil iseng mengatur "koreografi" pasukan lawan sehingga terjadilah peluru nyangsang dan pasukan mendadak bertumbangan tanpa alasan yang (tidak) jelas. Yang kedua di adegan tragis dimana Storm, salah seorang loyalis X-men ditikam robot Sentinel dari belakang dan dilempar ke jurang. Entah kenapa di bagian ini rasanya agak merinding. Adegan tak kalah merinding juga dipetik ketika Wolverine dililiti kawat tebal dari kaki hingga dada dan dililitinya bukan di luar tubuh, elainkan menembus kulit, oto, dan tulangnya. Walau dia punya kemampuang menyembuhkan diri secara cepat tetap saja agak ngilu melihatnya.

Untuk efek berantem maupun ledakan bisa dibilang sudah sesuai SOP-nya Marvel. Yang jelas, suasana kelam di masa depan sangat terasa sekaligus memberi peringatan tentang bahaya perang, terlepas apakah itu manusia vs mutan ataupun manusia vs manusia.

Oh ya, kalau dengan suksesnya misi Wolverine ke masa lalu yang akhirnya masa depan berubah, bahkan om Cyclopse dkk hidup kok muncul pertanyaan "Lha terus iku nggawe film X-men nganti pirang-pirang episode men go' opo??" (translate "Lha terus membuat film X-men macam-macam episode buat apa?") wkwkwkwk

No Response to "Review X-Men The Days of Future"