It's about Dashboard

Berawal dari proses riset mengenai pengembangan Dashboard sebuah Portal yang sedang tim saya kembangkan maka saya menemukan beberapa panduan baik yang bersifat teknis maupun konseptual terkait desain visual dahboard di sebuah sistem informasi (pada tataran aplikasi).

Secara konseptual, perumusan dashboard perlu memperhatikan hal-hal berikut:
Latar belakang
Apa yang menjadikan dashboard perlu ada. Apa benar harus ada? Kalau iya, apakah akan "lebih" memudahkan user?

Profil pengguna
Di dalam sebuah websit etentu ada berbagai jenis pengguna, mulai dari visitor, pemilik akun, kontributor, editor, adminsitrator, hingga executive management. Nah masing-masing jelas punya otoritas dan kebutuhan informasi yang berbeda-beda. Nah, perlu ada modifikasi tampilan serta keamanan agar dashboard bagi masing-masing level tadi dapat sesuai kebutuhan

Ruang lingkup
Apa saja yang ingin di tampilkan? Reporting/KPI sajakah? Fitur apa sajakah? Archiving-nya perlu nggak? Kompilasi link dibutuhin kagak?

Dashboard != Portal
Jangan sampai konten di dalam Dashboard malah nyaingi Portal. Jika yang terjadi adalah ambiguitas konten, mending bikin aja Portal yang akan memunculkan fitur tertentu bagi yang sudah login tanpa memakai dashboard. Beres tuh. Artinya pahami apa bedanya, bedanya apa? Monggo di-searching dan dipahami dengan melihat berbagai aplikasi yang banyak kita jumpai di dunia maya :)

Dashboard pada WordPress.org

Dasboard pada aplikasi cPanel

Dashboard pada Google Analytics (konsep dashboard favorit saya)


Sementara itu, terkait hal-hal yang bersifat teknis, berikut beberapa panduannya, semoga bermanfaat:
Keep it Simple
Alasannya sederhana. Dashboard merupakan gerbang masuk yang intensitas penggunaannya relatif tinggi dibandingkan halaman lainnya. Artinya kesan pertama sekaligus doktrin kenyamanan website akan melekat erat dari bagaimana desain dashboard dibuat. Tidak perlu muluk-muluk dalam menumpahkan berbagai desain secara jor-joran. Tujuan utama dashboard adalah sebagai "kotak" yang berisi "catatan" apa saja yang bisa diperbuat dan dimiliki oleh pengguna di dalam aplikasi ini. Maka fokus kepada tujuannya dan sampaikan melalui desain visual yang sederhana dan langsung menuju ke fokus utama "catatan" tadi. Bandingkanlah website-website yang ternama seperti Google Analytics, MailChimp dll yang sangat memanfaatkan white space sebagai taktik untuk membuat user lebih nyaman mencerna informasi. Desain keduanya pun tidak muluk-muluk dan pemakaian animasi hanya seperlunya. So, fokus pada bagaimana informasi bisa dicerna tanpa berlebih-lebihan dalam menayangkannya.

Permainan Tab
Dengan keterbatasan yang dimiliki oleh layar beserta keterbatatas mata kita menerima informasi yang disajikan, maka kita perlu membagi informasi ke dalam dua bagian yaitu active serta inactive. Pembagian ini bukan cuma nambahin "in" doank lho ya... Maksudnya tentukan mana yang bakal langsung muncul ketika pengguna masuk dan mana yang disembunyikan dulu dan baru muncul ketika user memintanya, yang pertama itulah active dan yang kedua adalah inactive. Pergunakan strategi tab untuk memudahkan user memilih mana yang active dan mana yang inactive. Tab dapat berwujud susunan vertikal maupun horisontal. Lakukan analisis berupa pengelompokan fungsionalitas ke dalam tab-tab yang sesuai serta rencanakan tampilan visual yang membuat user dapat menggunakannya dengan baik. Definisi baik meliputi:
-Tahu isi dari masing-masing tab apa walau belum pernah memakainya
-Bisa membedakan mana yang statusnya active, inactive, plus hover-nya

Penayangan Informasi
Ada banyak hal yang bisa dimuat di dalam dashboard, tapi sekali lagi dashboard bukanlah kamus lengkap yang memiliki semua yang diperlukan. Pilih kebutuhan masing-masing user, pahami karakter masing-masing jenis user dalam mencerna informasi, kemudian pilih jenis visualisasi yang cocok. Salah satu yang sering dimunculkan di dalam dashboard adalah pertumbuhan statistik. Dalam kasus tertentu, line chart akan lebih cocok dipergunakan, namun apabila informasi yang disampaikan adalah komposisi konten ataupun distribusi informasi maka jenis pie chart ataupun map chart justru lebih cocok. Dan jangan lupa warna dengan segala permainannya (tebal, kontras, hingga porsinya) akan memegang peranan terkait kenyamanan user.

Sesuai Brand
Sebuah website yang baik pastinya dan harus memiliki pola desain yang sudah standar. Proses standardisasi ini biasanya tertuang di dalam GSM (graphic standard manual) yang berisi panduan bagaimana desain-desain khas dari organisasi tersebut. Kalau tidak memiliki GSM, sebaiknya segera buat standar desain visual yang berlaku di dalam website dengant ujuan agar ada spirit yang kokoh ketika website ini akan terus dikembangkan fungsionalitasnya, misalnya bagaimana button warna dan ukurannya, bagaimana font-nya dll. Pergunakanlah standar tersebut di dalam mengembangkan desain visual pada Dashboard yang akan dibuat.

Dapat Dikembangkan untuk Masa Depan
Aplikasi website merupakan komoditas yang akan terus berkembang. Itu adalah persyaratan website yang baik menurut saya, kenapa? Penggunanya saja terus berkembang maka ada tuntutan untuk ikut berkembang sesuai kebutuhan manusianya selaku pengguna. Selalu ada potensi untuk memunculkan fitur baru ataupun parameter baru yang perlu ditampilkan di dalam dashboard. Maka rancanglah dashborad yang memungkinkan penambahan informasi yang bisa ditayangkan. Jelas suatu blunder kita penambahan sedikit informasi saja mengharuskan pembuatan dashbaord dari awal.

Pertimbangkan Versi Mobile
Era mobile phone, dari kosan, dari KRL, dari pelabuhan kita bisa masuk ke Dashboard. Artinya perlu diperhatikan rancangna desain visual yang cocok untuk dashboard pada versi mobile. Ini berarti kita memperhitungkan pula prioritas informasi, resolusi tiap objek dll.

Referensi: 

  1. support.gooddata.com, Design Tips for Best in Class Dashboards
  2. geckoboard.com, Designing and Building Great Dashboards - 6 Golden Rules to Successful Dashboard Design - Data Dashboards for Businesses
  3. designrope.com, 15 Inspirational Dashboard UI Designs

No Response to "It's about Dashboard"