Belajar dari Rempah-Rempah

Ada pemikiran unik yang saya peroleh saat launching dan talkshow buku dari Indonesia Berkebun, yaitu tentang rempah-rempah. Iya rempah-rempah, berbagai hasil bumi Nusantara yang menjadi kekayaan Bangsa Indonesia. Bukan kekayaan biasa karena dari rempah-rempahlah, akhirnya Bangsa Indonesia menjadi bangsa yang terjajah, malah menjadi “piala bergilir” antara Portugis, Spanyol, Inggris, Belanda, hingga Jepang. Harga rempah-rempah yang membumbung tinggi melangit (konon melampaui harga emas) menjadi magnet yang memikat

Namun coba amatifenomena harga rempah-rempah saat ini? Bisa dibilang sudah relatif murah. Bahkan ketergantungan Bangsa Eropa terhadap rempah-rempah sudah sangat kecil. Mengapa demikian? Menurut Mas Asep, ada beberapa faktor yang menyebabkan fenomena tersebut. Dia melontarkan pertanyaan tersebut menjadi kuis yang sempat membuat banyak orang terdiam karena berbagai jawaban salah hingga akhirnya diperoleh 3 jawaban utama.

Pertama proses pengawetan. Tinjau sebentar fenomena buah rambutan dan durian yang harganya melonjak tinggi di saat tertentu, kenapa ya? Itu karena mereka hanya panen di masa tertentu sehingga keberadaannya langka. Begitu pula rempah-rempah yang sudah menjadi barang langka mengingat masa panen dan jarak tempuh Nusantara ke Eropa (konon mencapai 7 sampai 9 bulan). Teknologi pengawetan yang telah berkembang menjadikan rempah-rempah pada hari ini mampu diawetkan sehingga bisa disediakan sepanjang tahun.

Kedua adanya zat kimia pengganti. Fungsi rempah-rempah sebagai bumbu masakan sudah mulai bisa disubtitusikan oleh berbagai produk sintesis nan kimiawi hasil pabrik. Soal rasa, itu bisa ditiru, soal harga makin bisa dimurahkan, soal efisiensi, jelas lebih memudahkan rumah tangga yang mengonsumsinya. Maka tidak heran fungsi sebagai bumbu masakan tidak lagi dimonopoli oleh rempah-rempah.

Ketiga adanya penghangat ruangan. Lho? Ada apa dengan penghangat ruangan? Apa hubungannya? Yups, ternyata keberadaan rempah-rempah yang menguasai Eropa salah satunya adalah berfungsi sebagai penghangat tubuh. Fungsi tersebut juga mampu digantikan keberadaannya oleh penghangat ruangan. Lagi-lagi bicara soal perasaan terhadap fungsi, harga, dan efisiensi, tentu penghangat ruangan menjadi alternatif yang lebih menggiurkan bagi rumah tangga Bangsa Eropa.

Ketiga faktor tersebut yang menjadikan perlahan-lahan rempah-rempah bukan lagi alasan Bangsa Eropa menjajah Nusantara. Hasil bumi yang ingin dikuasai mulai bergeser ke kina, kopi, dan tak lupa misi 3G.

Apa pelajaran yang berharga dari kasus rempah-rempah?


No Response to "Belajar dari Rempah-Rempah"