Tu7uh Tahun Lalu itu ... [1]

Kawan...
Aku ingin bercerita tentang 21, 22, 23, dan 24 April  tujuh tahun lalu.

Tentang hikayat dan hidayah yang dilalui seikat para siswa kelas XII Smansawi. Cerita yang tidak pernah kendur pesona dan ketegangannya. Cerita yang mengajarkan banyak kisah-kisah UN yang lebih luas dari urusan "mengisi lembar jawab UN".

21 April 2008 menjelang pukul 11 siangTersisa dua orang siswa XII.IPA3, yaitu Tri Adi Wibowo (Bowo) dan saya (ya saya hehee). Dua orang yang dari kelas X hanya sebatas kenal secara biasa, namun sejak awal kelas XII menjadi partner mengurusi rumah tangga kelas XII.IPA3 yang memilliki nama DNA (nama yang sampai sekarang tidak pernah ada singkatan yang definitfnya). Di hari itu, dua orang tersebut tampak bertatap wajah kosong, membayangkan "jihad" yang musti diseberangi tiga hari ke depan. Komentar aneh dicetuskan saya kala itu "Bow, lihat tuh anak kelas X dan XI lagi pada Kartini-an di aula, tanpa beban ya mereka". Bowo tersenyum datar, agaknya dia ingin tertawa lepas seperti biasanya, namun beban UN teramat lebam di lidahnya sehingga hanya meringkik kaku. Seolah mengiyakan beban tersebut, saya bergugam "kita yang kelas XII malah lagi harap-harap cemas". Roda nasib berputar kencang dimana setahun sebelumnya, mereka berdua (dan juga ratusan siswa kelas XII) yang masih berstatus kelas XI justru asyik beramai-ramai di acara Kartini-an. Pentas musik, futsal cewe, lomba masak cowo, dll jadi hidangan yang merekatkan soliditas angkatan, tapi juga sekaligus kenangan manis yang cuma bisa dikenang setahun kemudian. Meminjam istilah Avatar, "semua berubah ketika UN menyerang".

22 s.d. 24 April 2008 dari pagi hingga siangHari-hari super bigmatch bertajuk Ujian Nasional. DNA terbagi ke dalam tiga ruang, yaitu ruang 5 (yang tahun 2005 adalah ruang X.6), ruang 6 (yang tahun 2005  ruang X.5), dan ruang 7 (yang tahun 2005 ruang X.3). Entah inisiatif dari siapa, namun di ruangan itu adalah "komandan tidak formal" yang bertugas mengondisikan mental para DNA agar tetap kuat, tabah, dan tidak berputus asa. Tidak ada instruksi dari komando untuk mengoordinasikan sontek-menyontek. Tugas hanya terkait penjagaan situasi agar tetap nyaman. Dan ini adalah tantangan yang berat bagi saya, Faris (M. Syalman Faris), dan Bowo, yang menjadi komandan tesebut di tiga ruangan tadi. Perlu pendekatan yang teliti dan harus pintar-pintar memprovokasi orang lain agar tetap optimis menghadapi UN ini. Riak-riak tentu saja bagaimana ada kekecewaan dengan kekurangtelitian saat mengisi jawaban,  prediksi soal yang meleset (terutama Kimia, yang dipelajari hitung-hitungan, eh yang keluar teori T__T).

Kini 7 tahun setelah proses itu, kami mentas di berbagai perjuru. Ada yang sudah menyelesaikan studi, ada yang malah sudah membangun rumah tangga. Pada kenyataannya, kami perlu sadar bahwa selepas UN, akan banyak ujian lain yang tidak pernah kalah enteng dibandingkan UN. Pada akhirnya, UN menjadi kisah klasik untuk masa depan

No Response to "Tu7uh Tahun Lalu itu ... [1]"