Adu Koalisi dalam Bermutasi

Bentrokan dan pamer bakat antarmutan menjadi "komoditas" di film X-Men: Apocalypse ini. Sebagaimana film-film terdahulu, konflik ideologi antarmutan menjadi penyebab pertempuran. Hanya saja, kita akan dipancing untuk memahami alur cerita yang telah "dicampurtangani" oleh Wolverine pasca edisi Future of The Past. Memang di edisi tersebut dipaparkan bahwa Wolverine terbangun dari mimpi dan menyaksikan Prof.X, Cyclopse, Storm, dan Jean sehat wal afiat. Begitu pula aksi penggrebekan sisa-sisa mutan oleh robot Sentinel yang akhirnya sirna dari sejarah. Tapi kisah ditemukannya Wolverine (yang masih steril dari pengaruh logam) oleh tentara menjadi tali penghubung yang akan diceritakan kembali di tengah film. Jika jeli (dan sabar tentunya) maka treaser di akhir edisi tersebut, maka kita akan terpancing dengan sosok berjubah di tengah gurun diikuti empat orang penunggang kuda. Siapa sosok tersebut? Dan siapa pula empat penunggang kuda itu?

Sosok berjubah tersebut adalah Apocalypse yang merupakan legenda mutan pertama. Kekuatannya menjadikan dirinya dipuja oleh rakyat Mesir kuno dengan piramida sebagai bagian dari ritual pemujaannya. Gokilnya lagi, peradaban mereka sudah memanfaatkan teknologi surya beuhh. Sosok Apocalypse yang "mengklaim" sebagai dewa di berbagai peradaban kuno ini memiliki empat pengikut setia yang dijuluki The Four Horsemen. Kekuatan dan jiwa Apocalypse ternyata tidak didukung dengan ketahanan fisik sehingga dia perlu "mengakuisi" tubuh mutan lainnya. Proses pemindahan jiwanya inilah yang menjadi celah untuk mengalahkannya. Diantara para pemujanya, sekelompok pembelot mengacaukan ritual pemindahan jiwa yang sayangnya tidak sukses 100%. Jiwa Apocalypse memang telah terpindahkan, namun masih dalam situasi "hibernate".

Kekurangcerdikan seorang agen CIA di Mesir telah membuat reruntuhan piramida tersebut menyerap cahaya matahari sebagai bahan bakar untuk melangsungkan penyempurnaan proses pemindahan jiwa. Alhasil sosok Apocalypse pun bangkit dari tidur nyenyaknya di era 1980-an. Perjumpaannya dengan seorang mutan perempuan jalanan menjadi asal usul dari Storm. Ya, si perempuan mutan itu kemudian di-upgrade bakatnya hingga berkali lipat plus diajak menjadi Four Horse(wo)men yang baru. Memang saat terjadi pembelotan sebelumnya, keempat pengikut setianya terbunuh. Dari sinilah mulai terjadi aksi pembentukan jemaat mutan yang melibatkan Psycokle, Angle, dan juga Magneto. Ya, he's back guys. Pelarian dirinya untuk hidup tenang di Polandia ternyata tidak berlangsung mulus. Dirinya yang sudah nyaman membina rumah tangga dengan anugerah seorang putri ternyata kandas lantaran sebuah insiden. Emosinya yang kumat menjadikan sisi monsternya tergugah dan di saat galau itulah Apocalypse datang merekrutnya.

Bagaimana dengan kongsi bernama X-Men? Pasca insiden di Gedung Putih, Prof. X plus Beast dan Alex makin asyik mengembangkan pendidikan dengan berbagai inovasi teknologi. Kebetulan sekolah mutan kedatangan sosok Jean Grey dan Cyclopse plus Nightcrawler sebagai pendatang baru di sekolah mutan. NIghtcrawler, si mutan relijius ini dibawa oleh Raven ke sekolah mutan lantaran Raven mengendus akan ada bahaya seiring berita kemunculan Magneto di Polandia. Pun dengan Quicksilver yang tengah berkunjung atas sebuah agenda pribadi. Pertemuan para mutan di sekolah tersebut menyeret masing-masing ke pusaran konflik yang berujung pada satu misi. Membawa kembali Prof. X yang diculik oleh Apocalypse dan mengalahkan Apocalypse. Dan tebak siapa komandan mereka? Raven alias Mystique menjadi motivator plus perancang strategi dalam misi tersebut.

Sisi humanis Magneto barangkali menjadi sesuatu yang spesial di film ini
Terlepas dari berbagai perang yang dilaluinya, dirinya berhasil lepas dari bayang-bayang bakat membahayakannya. Namun insiden penculikan putrinya yang berujung tertusuk si putri dan juga istrinya, membuat dirinya hilang kendali. Sungguh, rasanya sangat menyentuh di adegan tersebut. Barangkali jika insiden itu tidak ada, jelas undangan berkoalisi Apocalypse bakal ditolaknya. Sisi humanisnya kembali terkuak tatkala dirinya memutuskan membelot dari barisan Apocalypse setelah menyaksikan upaya Quicksilver dan Raven berjuang di ujung tanduk menghadapi Apocalypse.

The Phoenix has been Appear
Kejutan Raven sebagai komandan X-Men bagi saya tidak semengejutkan tampilnya Jean Grey sebagai "supersub player" dalam perang virtual antara Prof. X dengan Apocalypse. Barangkali di sinilah sisi lain kekuatan liar Jean Grey yang dijuluki Phoenix pecah. Phoenix menjadi pelengkap aksi mengeroyok yang dilakukan bersama oleh Cyclopse, Storm (yang akhirnya membelot juga), dan Magneto.

The Four Horse(wo)men kurang pecah
Agaknya kekurangan yang menjadi kurang heboh adalah aktualisasi bakat dari empat mutan pilihan Apocalypse. Sosok Psysockle dan Angel agaknya terlalu jomplang dibandingkan Storm dan Magneto, entah faktor usia yang lebih muda atau bagaimana. Sosok mereka kurang memberikan teror yang ngeri sebagaimana yang dilakukan oleh Magneto. Storm memang tidak mengumbar teror sebagaimana Magneto, namun dirinya masih memiliki porsi unjuk aksi lebih banyak di sesi-sesi akhir.

No Response to "Adu Koalisi dalam Bermutasi"