Tak Perlu Dibandingkan

"Pemimpin kafir jujur lebih baik daripada pemimpin muslim korup", "Mending tidak berjilbab tapi kelakuan baik daripada berjilbab tapi kelakuan busuk", dan "Harusnya yang puasa menghormati yang tidak puasa".

Well, berbagai bentuk perbandingan belakangan ini terhidang di berbagai media cetak dan elektronik, termasuk juga sosial media dimana tidak perlu latar belakang jurnalistik untuk mengungkapkan pendapatnya. Masing-masing tentu punya argumen yang menurut masing-masing adalah yang paling betul. Logika dikedepankan untuk memoles pendapat yang digusungnya. Terkadang saling sindir menjadi cemilan terlalu berceceran saat kita membuka internet browser. Pada akhirnya penggemar bola tentu lebih memilih menikmati sajian Piala Eropa dan Piala Amerika daripada dicekoki keributan atas perbandingan sebagaimana diungkapkan pada awal artikel ini.

Saya sendiri punya pendapat tersendiri, tapi pendapat ini bukanlah pilihan, khususnya terkait dua pertanyaan yang (menggiring kita untuk) memilih. Alasannya sederhana. Kalimat-kalimat tersebut (dan yang memiliki cita rasa mirip-mirip) bukanlah tanpa tujuan. Tujuan sebenarnya sederhana, yaitu mengikis habis identitas umat muslim. Ya, tiga kalimat tersebut erat kaitannya dengan agama Islam dan urusa agama tidak bisa dianggap remeh ataupun dianggap setara dengan identitas lain macam suku, kebangsaan, hingga warna kulit. Ada tuntunan dan tuntutan jelas berkaitan dengan identitas agama Islam yang mana sumbernya langsung dari Allah SWT. Permasalahannya sederhana, namun perlahan rumit, yaitu keresahan atas eksistensi Islam di masyarakat kita. Lebih jauh lagi, upaya untuk "mengurung" Islam hanya urusan masjid sudah sangat kentara. Islam, dalam bentuk identitas sampai dengan amalan dianggap penghalang untuk berpikir bebas dan berliberal.

Perbandingan semacam itu akan membatasi pikiran ktia seolah-olah memang hanya itu yang tersedia. Sebagai contoh adalah perbandingan yang pertama, pemimpin kafir jujur vs pemimpin muslim korup. Apakah semua pemimpin kafir jujur? Apakah semua pemimpin muslim korup? Tentu jawabannya tidak. Namun apa yang dihembuskan secara perlahan menggiring kita berpikir demikian. Apalagi jika bicara kasus di daerah tertentu, hal ini menggiring kita berasumsi bahwa si calon yang kafir itu bersih dan jujur sedangkan rivalnya adalah koruptor. Propaganda yang merayu kita menanggalkan keyakinan umat muslim pada agama Islam. Naifnya media pun dicengkram dengan pilihan yang hanya dua ini.

Kisah perbandingan kedua juga tidak kalah menjebak. Kata siapa tidak berjilbab namun berkelakuan baik itu mending daripada berjilbab tapi kelakuan buruk? Walau pengetahuan agama saya pas-pasan, namun setahu saya tidak ada pemakluman yang bersumber dari Al Qur'an dan hadis atas perbandingan tersebut. Sepengetahuan saya pun perintahnya berjilbab (bagi muslimah). Bisa jadi hal ini merupakan upaya untuk membenarkan keinginan untuk tidak berjilbab.

Well, permainan bahasa memang bakal menggerayangi akal kita untuk berpikir sempit hanya melihat kasus-kasus tertentu yang semestinya kita tinjau dari sisi agama secara menyeluruh. Kenapa agama? Karena agama bukan sekedar ritual di tempat ibadah. Yuk jernihkan pemikiran :)

No Response to "Tak Perlu Dibandingkan"