Count up the Beat and Count down the day

Setahun lalu dua perkara menguasai hari-hari saya yaitu karya akhir/tesis dan persiapan menikah. Menikah, ya menikah, sebuah gerbang bagi dua orang insan-Nya menapaki terjalnya kehidupan menggapai berkah-Nya. Tiada terbayang secepat ini,mbahwa saat nyaris setahun usia pernikahan kami, kami tengah mempersiapkan diri menyambut buah hati kami. Titipan Illahi yang "sakral" karena dari hasil mendidiknya inilah, kami akan tergiring kensurga ataukah neraka. Titipan Illahi yang kelak menjadi pengalir amal tatkala usia kami berakhir. Titipan Illahi yang tidak pernah menyandang status "mantan orang tua" ataupun "mantan anak". Titipan Illahi yang menjadi deskripsi hebatnya kebesaran Allah SWT.

Pekan demi pekan sejak kami mendeteksi eksistensinya, kini memasuki usia pekan ke-40. Usia kandungan yang menandakan bahwa si eks-penegak ini harus siaga. Setiap langkah menuju tempat kerja, saat di tempat kerja, menuju kosan, saat di kosan, bahkan saat "extend" di kampus Depok/Salemba, harus disertai kesiapan pulang ke Bandung. Bahkan sudah dua hari ini "diorama" istri mengalami pembukaan mewarnai bunga tidurku. Sebuah sinyal ataukah geladi kotor? Wallahualam

Allah SWT adalah sutradara yang Maha Kuasa dan Maha Adil dalam menentukan skenario hidupku, hidup istriku, dan juga hidup bayi di kandungan istri (yang sudah bernyawa). Segala kemungkinan yang bisa saja terjadi patut dinafasi dengan khusnudzon alias berprasangka baik. Dengan segala liku-liku yang ada, kami tawakal atas ridho-Nya karena dengan itulah kami akan kuat dan dekat dengan-Nya.

Stasiun Pasar Minggu Baru, 12 April 2016
Sudah dua KRL full lewat, hehee

No Response to "Count up the Beat and Count down the day"