Kenapa harus Nulis Paper

Paper bukan terminologi asing di dunia akademik. Paper bagi profesi dosen dan periset merupakan kwajiban formal yang rutin dipenuhi (idealnya) dengan peogresif sesuai keilmuannya. Pun dengan mahasiswa yang juga (mulai) didorong wajib memenuhi publikasi ilmiah berupa paper sesuai strata yang dilaluinya. Walau secara formal, paper merupakan kewajiban, namun ada beberapa hal yang (bisa) menjadi alasan agar akademisi mau dan mampu memublikasikan paper-nya, baik di ranah seminasi ataupun jurnal periodik.

Pertama, mengembangkan diri
Alasan ini sangat egosentris namun tidak ada salahnya karena memang ada dampak positif menulis paper bagi seorang akademisi. Pola pikir kritis, menata bahasa, efektivitas dan efisiensi dalam menyampaikan pemikiran, hingga tentunya manajemen waktu, itu semua merupakan komponen-komponen yang "keras" namun bermanfaat dalam mengembangkan diri si akademisi.

Kedua, kesempatan "ditampar" dengan sportif
Memang "nyelekit" saat hasil penelitian kita dipertanyakan, bahkan hongga urusan sepele macam tata bahasa. Namun di sini justru kesempatan kita untuk dijatuhkan dengan hormat dan bisa berintrospeksi dengan lebih matang. Ada sebuah benefit tersendiri ketika hasil karya kita dikomentari orang lain, entah tanggapan positif ataupun negatif. Namun itu menunjukkan ada potensi daya tarik dari pekerjaan kita. Dan dari pengalaman saya, separah apapun riset dan presentasi kita, para pakar yang ada tetap beramah senyum dalam berdiskusi.

Ketiga, jembatan menuju "jendela"
Dari keaktifan menulis paper, kita akan terpacu untuk mempelajari karya orang lain. Secara tidak langsung, akan muncul "direktori" di otak kita yang berperan mengompilasi relasi-relasi baru beserta kompetensi yang dimiliki masing-masing. Bila beruntung, kita akan dihadiahi "tiket" menjelajahi bumi Allah untuk menyerap nilai-nilai positif dari tanah seberang. Dan itu modal kita untuk memperbaiki bangsa Indonesia dan juga agama Islam.

Keempat, kontribusi bagi institusi
Segala rupa statistik macam webometric, peringkat scopus, dll, itu semua tidak lepas dari produktivitas sebuah institusi dalam memublikasikan risetnya melalui paper. Bahkan di berbagai "lelang dana riset", produktivitas dan portofolio riset milik institusi ikut mempengaruhi penilaian. Di sini kita berkesempatan ikut membangun institusi tempat kita bernaung.

Kelima, warisan untuk diacu
Beberapa skripsi, tesis, dan disertasi mensyaratkan rujukan berupa paper yang dipublikasikan di jurnal periodik dan seminasi, namun tidak memperkenankan penggunaan rujukan sesama skripsi, tesis, mauoun disertasi. Artinya sebagus apapun riset kita namun tidak dijadikan publikasi paper, maka tidak bisa digunakan sebagai acuan suksesor kita di tempat institusi. Mereka terancam gersang referensi.

Semoga bermanfaat dan menginspirasi^^

No Response to "Kenapa harus Nulis Paper"