Review Civil War

Kece, singkat kata itu saya gugamkan pasca-menyaksikan film Captain America: Civil War. Film yang dibesut sebagai pola konflik antar-hero ini mampu menyuguhkan duel yang "halus". Halus di sini bukan dari sisi fisik, melainkan gradasi terjadinya perpecahan. Tidak serta merta satu isu yang kemudian menjadi ajang perdebatan, namun rentetan cara berpikir yang rumit. Dan hebatnya lagi akan ada isu hebat yang menyebabkan "baper" (iya "bawa perasaan") pada salah seorang karakter sebagai puncak dari pertarungan di film ini.

Ada beberapa pelajaran yang menarik dari film. Kenapa saya sebut menarik? Karena tidak semua skenario film mau mengubar hal-hal demikian:

- Perhatikan baik-baik kalimat yang diucapkan seseorang. Kelak di salah satu bagian, kita akan mendapati sosok yang membelot dari koalisinya namun alasannya sangat sederhana, yaitu dirinya hanya bersedia membantu untuk "menemukan", bukan "menangkap"

- Kaderisasi itu perlu. Entah karena kurang pede dengan koalisi yang dimilikinya atau bagaimana, namun Tony Stark secara langsung "melamar" Peter Parker alias Spiderman (yang masih muda) untuk bergabung di barisannya. Berbagai kisah banyol di film ini pun mulai ramai sejak proses rekrutmen hingga pertarungan yang melibatkan si Spiderman

- Jangan ragu minta maaf. Ada sebuah adegan di film ini yang mempertemukan sosok Falcon sebagai pihak yang tidak bersalah, namun berkontribusi pada kecelakaan Rhodes di pihak Iron Man. Falcon segera mendatangi Iron Man yang sedang mengevakuasi si Rhodes dan segera menyampaikan permintaan maafnya. Ya walaupun balasan dari Tony sangat dingin (dan juga panas)

- Berpikirlah dengan matang dalam mengambil keputusan. Awal dari perpecahan diantara kubu Iron Man vs Captain America sebetulnya adalah sebuah kebijakan yang mendorong para superhero untuk mengambil sikap, setuju ataukah tidak (walau sebetulnya cenderung formalitas). Sebagian superhero segera tanda tangan, sebagian berpikir lama lalu tanda tangan, hingga ada pula yang tidak tanda tangan sama sekali. Kekompakan mereka diuji karena sikap yang mereka ambil ini nantinya akan dinilai secara kolektif organisasi, yaitu Avenger, bukan per individu ataupun fraksi. Di sini pelajaran berharga mengenai cara lobi, berargumen, sampai dengan berkompromi terhadap berbagai risiko yang mungkin terjadi. Ketiadaan sosok pemimpin tunggal, yang sebelumnya dipegang oleh Fury, dapat disebut sebagai pemulus terjadinya konflik. Pelajaran bahwa sosok pemimpin tunggal perlu dimiliki di dalam sebuah organisasi.

- Loyalitas vs kepercayaan. Bayangkan kita menjadi Falcon yang loyal pada Steve Rodger (Captain America) namun harus mendapati kenyataan bahwa sosok Steve sendiri tidak punya bukti bahwa Bucky (Winter Soldier) tidak bersalah atas insiden bom di Vienna. Bayangkan pula ketika dua sosok tersebut berhasil lolos dari kejaran Iron Man ke sebuah lokasi di Eropa Timur, namun Iron Man membujuk Falcon untuk "membocorkan" lokasi mereka dengan tawaran si Iron Man akan membantu menyelesaikan kesalahpahaman yang terjadi.

Yang paling menarik sejak saya melihat poster film ini adalah tagline "United We Stand, Divided We Fall". Kenapa? JIka terjemahkan ke Bahasa Indonesia, kurang lebih artinya "Bersatu Kita Tegak, Bercerai Kita Runtuh". Lhaaa? Mirip banget dengan semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia, "Bersatu Kita Teguh, Bercerai Kita Runtuh". Jrengg...

No Response to "Review Civil War "