Catatan 12 Juni malam hari

55 pesan dari 3 percakapan pada WhatsApp muncul di layar ponsel saya yang bernama "Samsul".
Salah satu percakapan adalah grup SC PDKT tahun lalu. Ada isu menarik yang dibahas, yaitu rencana pengubahan beberapa "kebiasaan" ospek yang memang kontroversi dari tahun ke tahun, yaitu

  1. Tidak ada lagi pemisahan maba dengan miba, toh pada kondisi nyata di kampus mahasiswa/i akan bercampur satu sama lain. Jadi aturan pemisahan tsb tidak logis dan tidak relevan.
  2. Jilbab selama ospek tidak diwajibkan menjulur panjang (red-menutupi dada dan lebar), ini dianggap menopengkan miba dalam berpenampilan, karena dipaksa mengenakan jilbab tersebut selama ospek.
  3. Jam malam yang sebelumnya jam 21.00 akan diperpanjang karena dalam berkuliah pun seringkali tugas kelompok larut malam

Komentar pertama saya mungkin simpel "lha, saya yang selama ospek sering tidur ya jelas malulah kalo ampe keliatan lagi ngiler ama miba" hahaa...

Okey, ini beberapa sudut pandang saya, mungkin subjektif, ya terserah, setidaknya saya jujur ^_^

Kalau memang ospek hanya digunakan sebagai pengenalan kondisi kampus, ya silahkan saja. Tapi bila memang ada iktikad baik untuk memperbaiki kondisi individual dan massal, maka pertimbangkanlah matang-matang aturan yang dibuat. 


Memang budaya di kampus selama ini sring memaksa bergadang mengerjakan tugas dari bada Isya hingga Dhuha (Dhuha? YA saya tekankan hingga Dhuha, ini pengalaman nyata bro #nglirik asdos KMA #nengok pembimbing TA). Tapi apakah hal itu baik? Apalagi dalam mengerjakan tugas kelompok ada perbedaan kebiasaan, ada yang tidak masalah mengerjakan hingga larut malam, ada yang tidak, ada yang ngekos di sektiar kampus, ada yang ngelaju dari Bandung, ada yang ketahanan fisiknya bagus ada yang tidak, dan masih beragam lagi. Silahkanlah dengan kematangan berpikir untuk menimbang-nimbang apakah budaya demikian termasuk layak dibudidayakan tanpa menimbang keberagaman mahasiswa. Jika memang itu budaya yang baik, silahkan untuk dikenalkan dengan cara yang baik. Jika memang itu budaya yang kurang baik, silahkan jadikan ospek untuk memperbaiki budaya tersebut.


Kalau memang ospek tahun ini dijadikan ajang balas dendam dalam mendominasi kampus, maka sungguh malangnya nasib ribuan anak manusia yang menjadi korban perebutan pengaruh

Orientasi dalam menerapkan sebuah peraturan bukanlah "pesanan" ataupun "titipan sponsor" yang tidak dipahami apa maksudnya. Orientasi paling utama tetaplah kepada Allah SWT. Salah besar bila mengasosiasikan jilbab lebar dan menutupi dada sebagai "trendmark" sebuah organisasi tertentu, karena itu adalah perintah dari Allah. Jika itu sudah menjadi perintah dari Allah, kenapa kita mengabaikannya? Jika kita punya kesempatan menyebar kebaikan kenapa tidak bersungguh-sungguh menjalankannya?
Memang background kebiasaan berbusana mahasiswi baru berbeda-beda, karena itulah pergunakan metode pendidikan yang cerdas. Berikan "nutrisi" tentang keutamaan jilbab sebagai aturannya. Lho kok nyrempet agama? Kan salah satu dasar penyelenggaraan kaderisasi itu berdasarkan prinsip ketuhanan. Lho tapi kan kita panitia kurang kompeten untuk mengajarkan? Ada waktu untuk belajar dan mempersiapkan diri untuk menjadi pendidik mahasiswa/i baru. Sekali lagi jika orientasinya karena Allah, maka insyaAllah apa yang dilakukan tidak ada motif politik kampus.

Berpikirlah cerdas... Cerdas itu punya bukti penelitian yang relevan dalam membandingkan situasi

Berkuliah itu ruangannya ukuran seberapa? Bandingkan dengan tempat penyelenggaraan ospek
Berkuliah itu satu tempat berapa orang? Bandingkan dengan jumlah peserta ospek
Berkuliah itu pembicaranya orang berkompeten dengan kekuasaan mengatur ketenangan peserta rapat? Bandingkan dengan pembicara ospek yang hanya berbicara tanpa punya kewajiban mengatur ketenangan peserta
Lantas apakah salah membandingkan ospek dengan suasana perkuliahan? Tidak salah, sangat tidak salah. Hanya saja lihat parameter ataupun konteks yang dibandingkan. Jangna mentah-mentah membandingkan.
Kemudian jika akan menganalisis plus minusnya sebuah peraturan tahun lalu, maka analisis kenyataan ospek di tahun lalu seperti apa. Jika memang akan ada berbagai sanksi macam push up, maka pertimbangkan pengaturan barisan selama pelaksanaan push up.

Adakan analisis kondisi calon peserta

Cerdas itu juga tidak mengada-ada. Maksudnya bagaimana? Memang panitia ospek punya pengalaman pribadi sebagai peserta ospek, tapi apakah punya data berupa karakter yang akurat tentang kondisi maba/miba? Jangan-jangan hanya asal mengira-kira. Karakter maba seperti apa sih? Karakter miba seperti apa sih? Pasti dan jelas berbeda. Jangan terburu-buru mengejar deadline kepanitiaan.
Ibaratnya mau menerapkan aturan tapi tidak tahu kondisi orang yang mau diatur seperti apa.

Bertanggungjawablah terhadap aturan yang dibuat

Jam malam yang diperlonggar berpotensi pada meningkatkan risiko kerawanan atas keamanan peserta di luar kegiatan ospek. Memang, secara jadwal itu bukan agenda ospek, namun jika terjadi permasalahan dikarenakan hal terkait ospek, misalnya mengerjakan tugas, maka panitia selaku pembuat kebijakan harus bersedia ikut bertanggung jawab.

Okey...dilanjur lain kali...

No Response to "Catatan 12 Juni malam hari"