3,12 Juta dari Angkatan SD saya tidak Punya Ijazah SMA/SMK/MA

"Laporan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan tahun 2012 mencatat bahwa mereka yang lulus SMA/sederajat pada tahun 2011 hanya 43,4% dari total angkatan mereka ketika pertama kali masuk SD, yaitu 4,9 juta. Hal ini berarti dalam tahun itu terdapat 2,1 juta anak-anak Indonesia yang tidak memiliki ijasah SMA. Jika hal ini dibiarkan 10 tahun saja. Maka kita akan 'memproduksi' 21 juta anak Indonesia yang tak berijazah SMA. Dalam kondisi seperti ini, bonus demografi bukan lagi sebagai anugerah tetapi kutukan bagi sejarah."

Pernyataan di atas dilansir dari artikel kawan saya, Detha Alfrian Fajri, M.M., yang berjudul "The Scholar’s Responsibilities" di Buku The Next Indonesia. Pernyataan dari Kemendikbud yang dikalkulasikan dalam visi beliau menjadi sebuah kengerian yang luar biasa. Saya mencoba menelusuri data yang berkaitan dengan pernyataan tersebut. Hasil cukup mencengangkan memang. Berikut ini link yang bisa Kawan telusuri untuk memastikan validitas artikel tersebut.
kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/BukuRingkasanDataPendidikan/Final-In-Brief-1112.pdf
kemdikbud.go.id/kemdikbud/dokumen/BukuRingkasanDataPendidikan/6-Final-Statistik-PT-2011-2012.pdf

Sedikit "bocoran" mengenai publikais resmi tersebut pada halaman 25 di buku Final in Brief (itu halaman yang di pojok buku lho ya, bukan halaman pas buka file pdf-nya :v). Di situ memang ada upaya kreatif untuk menjelaskan arus masuk dalam persentase tiap angkatan dari awal SD s.d. lulus Sekolah Menengah (tingkat) Atas (termasuk MA dan SMK). Cara penayangannya sudah bagus, namun sayangnya antarangkatan tidak dibedakan warnanya sehingga perlu jeli untuk memeriksa arus tiap angkatan. Sebagai gambaran, untuk angkatan saya masuk SD di musim 1996/1997, hanya ada tersisa 35,7% yang mampu menggapai ijazah SMA. 35,7% tersebut berasal dari angka 100% di titik start masuk SD yang berjumlah 4.849.131 orang. Artinya dari (sekitar) 4,8 juta tersebut hanya 1.731.139,767 orang (dibulatkan 1,73 juta orang) saja yang meraih ijazah SMA. alias sekitar 3,12 juta kawan-kawan yang masuk SD-nya bareng saya tidak mampu meraihnya. Ngeri memang perjalan tersebut. Faktor ekonomi dan sosial tentu (sangat mungkin) menjadi kambing hitamnya, walau ada faktor lain berupa sebagian dari 3,12 juta orang mengalami duka meninggal dunia.

Bagi masyarakat dengan status ekonomi sosial, tentu ber-SMA menjadi hal yang lumrah, bahkan kerap pusing memilih SMA mana tujuannya. Lain halnya bagi mereka yang ekonominya kurang mampu ataupun kondisi sosialnya yang tidak didukung infrastruktur pendidikan yang layak, pilihannya justru mau ber-SMA atau tidak. Ijazah SMA yang dibayar dengan uang dan waktu selama 3 tahun jelas investasi yang terlalu memberatkan bagi mereka. Selain itu, pertanyaan mereka, jika lulus SMA apa keuntungannya? Pekerjaan di daerah-daerah tertinggal tidak banyak yang mensyaratkan ijazah SMA untuk bertahan. Jika tanpa ijazah SMA sudah bisa kerja, untuk apa masuk SMA? Menurut saya, hal tersebut sangat wajar, namun ada dinamit yang terus membelenggu atas pola pikir demikian. Dinamit tersebut adalah bagaimana keberlangsungan nasib anak keturunan mereka jika pola pikir seperti itu terus dilestarikan?

No Response to "3,12 Juta dari Angkatan SD saya tidak Punya Ijazah SMA/SMK/MA"