S2 Nggak Cukup Gelar

Pasca menjalani perkuliahan S2, saya menemukan banyak hal yang mendorong saya berpikir secara lugas tentang sebuah keniscayaan. Keniscayaan bahwa lulus S2, hanya ada dua warisan yang akan dapatkan. Yang pertama sudah barang tentu adalah gelar M.XYZ. alias gelar magister di bidang tertentu. Gelar ini dalam konteks lingkungan akademik dan profesi menjadi sebuah kebanggaan yang berhak dicantumkan (kecuali dokter yang dalam konteks lingkungan apapun wajib mencantumkan "dr."-nya karena itu amanat profesi mereka). Hanya kejadian luar biasa (dan dikategorikan aib) yaitu diskualifikasi dan pencabutan gelar karena plagiarism ataupun pelanggaran kode etik, yang membuat kita harus menanggalkan gelar magister kita. Warisan kedua belum tentu kita dapatkan, bahkan jika bisa didapatkan pun, tidak otomatis 100%. Warisan ini adalah cara berpikir.

Mengapa tidak saya sertakan ilmu sebagai warisan. Karena ilmu yang dipelajari di jenjang pendidikan, khususnya bidang komputer, sangat dinamis. 8 tahun lalu, saya belajar berdarah-darah tentang programming di awal S1, namun nyatanya, sekarang menjelang lulus S1 (3 tahun lalu) terlalu banyak anak SMK yang mampu memainkan codingan melejit dan melebihi saya. Begitu pula saat awal kerja justru beajar ngoding dari seorang mahasiswa FEB di sebuah perguruan tinggi. Ilmu komputer sudah banyak tersedia materinya di internet. Karena itulah, bukan tidak mungkin slide kuliah S1, bahkan S2 saya, terlalu jadul untuk beberapa tahun mendatang.

S2 adalah cerminan sebuah cara berpikir. Berpikir mengenai bagaimana memecahkan masalah dengan mengedepankan kerendahan hati dalam berintelektual.

S2 adalah cerminan sebuah sikap yang terus kelaparan. Kelaparan atas kepenasaran diri menggali ilmu lebih dan lebih dalam.

S2 adalah cerminan bersikap kritis. Kritis untuk menelusuri sebab dan akibat, bukan sekedar menyajikan grafik dan angka.

Gelar nggak cukup digunakan sebagai "fitur" untuk "menjual" diri di dunia industri. Perlu pembuktian bahwa kita memiliki cara berpikir yang semakin tinggi kritisnya, namun semakin rendah hatinya. Tidak bisa kita mengandalkan pengalaman-pengalaman sewaktu bangku kuliah S2. Pengalaman ber-S2 telah menuntut kita mengamalkan ayat-ayat dari Surat Al-Alaq "bacalah". Sebuah perintah bagi kita untuk terus dan terus menyediakan waktu secara rutin dan konsisten untuk belajar belajar dan belajar.

No Response to "S2 Nggak Cukup Gelar"