Fight Forever or Flight Forever

Yeeyy, 5 gol, not bad lah untuk pemain medioker macam saya di PAJ hehee, setidaknya jadi memori tersendiri. Jika ada invitasi futsal lagi maka sampai jumpa akhir Desember nanti (kecuali tiba-tiba saya sudah tidak di sini lagi). Ok, sekarang masuk ke inti topik artikel kali ini yang jangan tanya korelasinya dengan judul, itu mah iseng wae terlintas mendadak untuk menamai artikel ini. Jadi ceritanya mendadak ada kawan ngajak share tentang (bahasa kerennya) membagi waktu antara kuliah dengan kerja. Wah sebenarnya saya bukan orang yang layak memberikan petuah bijak karena saya sendiri hanya butiran debu dalam urusan membagi waktu. Manajemen waktu saya masih kacau untuk dijadikan teladan. Maka yang nanti saya utarakan anggap saja sebagai reminder yang orang yang sempat menemui beberapa trouble dan belajar untuk memperbaiki, moga-moga pembaca bisa belajar untuk lebih dini agar bisa meraih pengalaman yang lebih baik aamiiin...

Kita mulai dari apa ya? Karena diajaknya mengupas menyandingkan kuliah dengan kerja maka kita awali dengan abstraksi, #ceileh... Maksudnya abstraksi di sini kurang lebih berisi niat dalam mengikuti dua hal tersebut. Wah kalau masih disambi dengan ikutan organisasi artinya ada 3 (bahkan lebih) hal yang musti diurusi, sebagai catatan, masih ada tanggung jawab sebagai anak dari orang tua atau bahkan pula orang tua dari anak-anak. Buat daftar (akan lebih baik jika dituliskan) mengenai latar belakang dan tujuan secara umum yang melandasi kerja, kuliah dll.

Misalnya kita punya target kerja sebagai penyambung hidup mencari nafkah, termasuk menambal biaya kuliah (seandainya belum meraih rezeki beasiswa), maka motif bekerja sudah barang tentu urusan "nominal", ya nggak sih? Jika motifnya karena nominal maka jangna terlalu ngeyel dengan bidang kerja, fokuslah pada "salary" yang dicapai di tiap bulannya (pastinya halal lho ya..). Lain cerita jika bekerja sebagai media untuk mulai menerapkan ilmu. Untuk kasus demikian maka utamakan bekerja yang nyambung dengan bidang kuliah, urusan nominal jadi prioritas kesekian. Artinya jika makin banyak yang ingin dikejar maka makin banyak pula aspek yang perlu dipertimbangkan. Pandai-pandailah mengatur prioritas.

Misalnya juga disambi berorganisasi. Pikirkan pula kenapa ikutan organisasi tersebut dan apa sih yang diharapkan dari organisasi tersebut. Apalagi jika menginjak program magister, timbang matang-matang apakah organisasi itu diikuti karena passion ataukah ada tujuan lain.

Ada tipikal orang tertentu yang terbiasa menuliskan target, jika pembaca termasuk yang demikian, jangan malu-malu menggoreskan pena atau mengetikkan dengan penuh keyakinan apa target yang diharapkan. Ini akan jadi alat ukur yang membedakan apakah kita di masa depan nanti menjadi orang yang kita sendiri harapkan atau tidak :)

Nah udah kayak gimana abstraksinya?
Jika sudah, selamat Kawan :) satu langkah fundamental insya Allah lebih terang. 
Jika belum, coba renungkan lagi dengan terus berintrospeksi diri, sepahit-pahitnya alasan berkuliah (apalagi magister) adalah ikut-ikutan.

Selanjutnya kita bincangkan yang terkait urusan teknis. Yang beginian ini sifatnya relatif, maksudnya di beberapa karakter orang sesuai, di beberapa karakter lainnya perlu modifikasi. It's OK, manusia memiliki spesialisasi yang menjadi daya tarik dalam mengelola waktu.

Cari Pendengar dan Pemberi Masukan
Carilah seseorang/beberapa orang yang mampu menjadi pendengar kita maupun pemberi masukan terhadap kita dalam kaitannya kerja, kuliah, dan keluarga (dan atau mungkin kolaborasi organisasi). Saat mengisi waktu berhari-hari dengan kuliah, kerja dll tentu ada banyak berbagai problema. Sebagai manusia sosial, kita perlu orang lain yang sukarela mendengarkan keluh kesah kita. Jangan terlalu banyak mengempet stress, apalagi malah ngeluarin boneka ama jarum #wadawww. Pastikan pula orang tersebut bisa memberi masukan serta peringatan ketika kita mulai kacau dalam membagi waktu.

Cari Koalisi di Masing-Masing Lapak
Udah lah, nggak usah sok hebat, kuliah itu nggak semua tugasnya individu yang harus plek sendirian ngerjain, kerjaan di kantor juga nggak semuanya harus dikerjakan sendirian kan? Carilah kawan yang bisa berkolaborasi untuk sama-sama mengerjakan amanat di masing-masing lapak. Kalaupun memang tugas yang dikerjakan masing-masing berbeda jauh maka carilah kawan yang bisa mengingatkan dengan cara yang baik-baik dalam memenuhi tugas tersebut. Jangan sampai di kampus nggak punya temen sehingga kita nggak tahu ada tugas apa dan dateline-nya kapan. Begitu pula di tempat kerja, carilah orang yang siap nagihin tugas-tugas kantor ataupun bareng-bareng mengerjakan. Kendur di kemudian hari itu wajar, itulah gunanya teman yang membuat kita walnya serba nggak enak untuk melalaikan tugas, tapi ujung-ujungnya kita bisa memenuhi amanat dengna tanggung jawab

Takar dan Penuhi Kebutuhan Nutrisi
Kebutuhan gizi orang yang cuma anteng di depan laptop 9 jam dengan orang yang ber-coding di depan laptop 8 jam lalu dilanjut naik angkot dan KRL bolak-balik 2 jam plus mendengerkan dengan seksama orang memaparkan slide tentu jauhhh berbeda. Nah kalau tahu berbeda ya jangan segan-segang untuk mulai berpikir ilmiah untuk menakar kebutuhan gizinya berapa dan bagaimana makanan yang dikonsumsi bisa memenuhinya, sekali lagi berpikir ilmiah, bukan mengawang-awang.

Buat Jadwal
Akan sangat berbeda isi dari 24 jamnya mahasiswa, 24 jamnya karyawan serta 24 jamnya karyawan yang sambil kuliah, apalagi 24 jamnya karyawan yang sudah berkeluarga dan sedang kuliah. Durasinya sama 24 jam masing-masing, yaitu 24 x 60 menit alias ada 1440 menit dalam sehari, tapi list to do-nya jelas jauhh berbeda. Atur jadwal dengan penuh kematangan. Pertimbangkan pula hal-hal yang sepele seperti nunggu angkot, kemungkinan tidur siang, waktu nyuci, hingga jam tidur malam.

Catat Agenda-Agenda Baru yang Bermunculan
Teorinya sih gampang dalam menulis jadwal. Tapi apa iya segampang itu? Weitsss, coba diinget-inget, dalam sebulan terakhir ada agenda mendadak apa saja hayoo? Dateng ke undangan si ini, dateng ke walimahan si itu, jalan-jalan ke sana, walah sibuknya udah nyaingi presiden aja nih. Nah itu tuh, agenda-agenda non-rutin yang bermunculan harus segera dicatat. Kenapa harus dicatat, macam anak kecil aja. Justru anak kecil itu kalau ada agenda baru cuma diya-iyain nggak jelas kenyataannya. Coba cek tuh artis-artis yang manajemennya udah matang, pasti jelas hari ini jam segini ngapain. Yuk belajar menepati amanat, termasuk janji ini janji itu :)

Siapkan Sabtu dan Minggu sebagai Mmmm...
Lazimnya orang bekerja di hari Senin s.d. Jumat. Namun ada pula mahasiswa yang berkuliah di Senin s.d. Jumat, tapiiii ada juga yang di Sabtu dan Minggu. Untuk jenis mahasiswa yang pertama bila disambi dengan kerja maka kuliahnya dilaksanakan di sore/malam hari. Walau demikian, ada kesamaan dari keduanya, yaitu mahasiswa yang sambil kerja kerap memakai hari Sabtu dan Minggu untuk mengerjakan tugas kuliah yang beuhhh udah macam romusha =_____= Mereka berasumsi bahwa Sabtu dan Minggu itu avaible. Maka (re)prepare your weekend :/

Rajin Introspeksi dan Memperbaiki Diri
Yang namanya teori, seperti diungkapkan tadi, gampang direncakan tapi sukar diterapkan. Nahh eta pisan ieu... Kita harus sering introspeksi diri dalam urusan pembagian waktu kita. Memang betul niat kita mengerjakan sesuatu itu baiknya untuk Allah semata, bukan mengharapkan pujian orang, tapi jangan naif pula bahwa jika ketika seenaknya (dan mengatasnamakan tagline 'cukup Allah yang menilai) berperilaku maka orang lain akan terganggu sehingga apa yang kita lakukan, baik di tempat kerja maupun kuliah akan berantakan secara perlahan. Memperbaiki diri juga artinya kita harus cerdas berpikir hal-hal apa saja yang sudah sesuai rencana maupun kekurangan yang perlu dibenahi.

Jangan Mengemis Belas Kasihan tapi Jangan juga Buta Risiko
Untuk dua frase terakhir ini tidak banyak yang perlu diungkapkan, intinya jangan seenaknya mangkir dari amanat lantaran suatu kesibukan di suatu tempat namun jangan pula seenaknya diri menelantarkan amanat lainnya tanpa menimbang risiko yang mungkin terjadi. Berterus teranglah tentang kapasitas diri dan komunikasikan dengan baik mengenai sanggup tidaknya kita dalam manajemen waktu.

Beri Aura Positif tentang Manfaat Kuliahmu bagi Tempat Kerja
Percaya atau tidak, ada sikap sensitif di tempat kerja jika ada karyawannya yang melanjutkan studi, memang tidak semua tempat kerja, namun di beberapa curcol kawan saya, hal itu sempat terjadi. Penyebabnya simpel, yaitu terkait beban kerja yang dianggap jadi berkurang, potensi minta gaji naik jika sudah lulus, serta potensi hengkang jika sudah lulus. Opini ini di luar kendali kita karena itu urusan kepala dan hati orang lain yang tidak bisa kita campuri. Fokus saja pada memenuhi list to do serta menjaga komunikasi secara baik-baik. Dan tak lupa beri aura positif tentang manfaat berkuliah terhadap tempat kerja. Misalnya, kembangkan pola pikir sistematis dan ilmiah dalam pengambilan keputusan, peningkatan kematangan proyek dll.

Wokey,,,
Semoga tidak puas dengan saran-saran tadi sehingga mau terus dan terus mencari trik-trik membagi waktu yang bijaksana.
Oh ya, jika ada masukan, monggo kita diskusikan :)

No Response to "Fight Forever or Flight Forever"