Jika Aku Boleh Melirik Wisuda

Jumat sore, akhirnya kesempatan untuk "kabur" dari segala penatnya Studio Indonesia Kreatif pun tiba. Antara nggak tahu mau kemana, iseng, dan juga salah baca agenda, saya menuju ke kampus UI area Depok. Lho kok rame banget, ada apa gerangan?

Oalah, ternyata ada wisuda. Ya daripada langsung balik coba deh ngeliatin yang lagi wisuda. Eitsss, bukan nyari cewe lho y...bisa dilempar badik+mandau+rencong+kujang+keris satu lusin kalo ampe ada motif begituan wkwkwk. Simpel saja alasan untuk nimbrung di tengah keramaian, tentunya dengan wajah sok ada agenda di situ hahaa.

Wisuda, bagi saya selalu ada kenangan yang spesial.
Dulu saya saat tahun pertama s.d. tahun keempat tiap kali ada wisuda selalu berupaya ikut nimbrung karena ada orang yang ditunggu, mulai dari kakak kelas macam Bang Bil, Kang Hilman, Kang Fachrie, Mas Ucup, dll (saking banyaknya kakak kelas yang inspiratif. Begitu pula dengan rekan-rekan seangkatan yang saat tahun 2012 sudah berhasil mengenakan toga, baju aneh yang diidamkan banyak mahasiswa. Namun di penghujung 2013 pula saya bulatkan tekat hanya untuk sidang, lulus yudisium sidang akademik, dapet ijazah lewat BAA, udah cukup begitu saja. Wisuda? Nggak lah, sudah tidak berharap wisuda karena memang tidak merasa perlunya selebrasi yang spesial. Hingga akhirnya di hari-hari akhir pendaftaran, ibu saya mengetahui bahwa saya masih belum daftar. Karena nggak enak untuk menolak akhirnya saya pun turuti keinginan beliau untuk wisuda, nyerah juga akhirnya saya hahaa.

Lebih dari sekedar prosesinya, saya menilai ada yang spesial dalam hal efek wisuda bagi orang di sekitarnya. Mungkin itulah mengapa di IT Telkom (s/k Universitas Telkom) wisuda sering diadakan di hari Sabtu dimana lusa harinya adalah Senin hari pertama UTS/UAS, barangkali sebagai motivasi bagi para peserta UTS/UAS agar segera menjadi peserta wisuda.

Bahkan, tanpa sepengetahuan rekan-rekan saya, ada yang spesial di wallpaper laptop saya di semester 9. Sebuah poster yang memang saya buat spesial isinya. Gambar  di dalamnya lebih menjetak saya ketimbang tulisan-tulisan rencana "deadline" riset saya di skripsi tersebut. Gambar itu merupakan kompilasi beberapa rekan akrab saya yang diimpun dengan kostum toga dari berbagai berguruan tinggi, antara lain Politeknik Kesehatan Kemenkes Semarang, Universitas Negeri Semarang, Universitas Diponegoro, Universitas Negeri Sebelas Maret, Sekolah Tinggi Ilmu Statistik, Sekolah Tinggi Akuntansi Negara, Politeknik Kesehatan Bhamada, dan tentunya Universitas Muhammadiyah Surakarta.

Kenapa tidak ada Institut Teknologi Telkom? Alasannya sederhana. Di kampus yang saya sebutkan tadi, lulus di semester 9 ke atas bukan hal yang lazim, sebuah kondisi yang agak berbalik dimana di IT Telkom lulus di semester 9 s.d. 11 masih diwajarkan. Selain itu, proporsi gambarnya nanti jadi agak ramai. Malah nggak fokus ama jadwalnya malah :para

Dan kembali ke paragraf paling awal di artikel ini. Menyaksikan para wisudawan beserta orang tuanya (yang tentu tidak saya kenal) hahaa) memberi energi khusus bagi saya untuk segera mengakhiri petualangan di MTI dengan manis, barokah, dan membahagiakan orang-orang yang patut saya bahagiakan (termasuk saya sendiri donk tentunya hehee).



Baju dasar hitam khas wisudawan dengan selimut kuning di bagian pundak dan separuh badan khas Universitas Indonesia serta sepasang warna berupa pita merah-bitu melekat di tepi selimut  itu sebagai khasnya Fakultas Ilmu Komputer hingga dua helai pita dengan kombinasi warna sesuai fakultas sebagai pertanda 'magister'. Sungguh busana aneh kedua yang semoga bisa jadi kado tahun depan.

Untuk orang tuaku
(mungkin pula) Untuk orang yang sudi mendampingi dan juga orang tuanya
Dan juga kepada dua saudara terhebatku yang terus memberi inspirasi

No Response to "Jika Aku Boleh Melirik Wisuda"