Ada lho

Doktrin bagi sebagian diantara kita adalah sahur bareng, buka puasa bareng, hingga akhirnya genap sudah sebulan Ramadhan lalu tibalah hari raya Idhul Fitri. Pakem mainstream yang sepintas manis. Namun di balik itu semua ada lho, atau bahkan banyak lho hal yang menjadi renungan (kebetulan sejak merantau era kuliah S1).

Ada lho bapak-bapak supir yang masih bermandikan keringat di penghujung senja. Mengantarkan para manusia yang berebut jatah agar bisa segera menjejakkan kaki di rumahnya. Ketika para manusia yang berperan sebagai penumpangnya sudah sampai di rumahnya, bapak-bapak supir itu justru masih melanjutkan perjalanan yang mungkin baru selesai sekian jam setelah Maghrib. Atas nama mementingkan kebutuhan anak serta riwehnya jalanan, maka kerap kali mereka hanya membatalkan puasa dengan air manis seadanya.

Ada lho ibu-ibu yang masih sibuk melayani pesanan takjil di tepi jalanan. Bermodalkan keahlian sendiri tanpa business plan yang berlembar-lembar, dia memilih mencari rezeki secara praktik. Berapapun labanya, dia tetap tersenyum. Takjil yang manis menggiurkan itu dia sajikan walau kalau kita perhatikan, beliau justru memilih air manis lainnya (yang bukan dari dagangannya) untuk membatalkan puasanya.

Tatkala di minimarket orang mengantre kue kering serta air berlumur embun dari dalam kulkas, ternyata... Ada lho saudara-saudara kita yang berbuka ala kadarnya. Sebagian diantara mereka malah sudah terbiasa berlapar dahaga di luar Ramadhan. Berbeda dengan perdebatan "hendak berbuka dengan lauk apa enaknya", sungguh adalah cerita yang patutnya jadi introspeksi bagi kita.

Ramadhan, di dunia ini tidaklah semanis puisi yang kerap dilantunkan penyair
Karena memang semangat Ramadhan tidak serta merta diwujudkan dengan pemandangan yang kasat mata
Ada berbagai barokahnya Ramadhan yang tersusun via kesungguhan dan komitmen
Kesungguhan untuk memperbaiki diri, sekitar, dan masa depan
Komitmen untuk menjadikan puasa ini benar-benar lurus hanya mengharap ridho-Nya

Di balik 14 jam (ya kurang lebih segitu durasi puasa di Indonesia) ada banyak kisah heroik untuk mengisinya. Kita bisa jadi merasa terjebak mengapa ada di posisi yang menurut kita tidak nyaman alias penuh kesusahan

Karena Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. (Asy Syarh 5-6).

No Response to "Ada lho"