Memang itulah Ujian

Memasuki matchday ke-9 bulan Ramadhan, kerap kita mulai dihantui rasa pesimis. Semua target, resolusi, hingga macam-macam ekspektasi mulai agak ragu-ragu bisa dicapai atau tidak. Tadinya ingin bisa khatam minimal 30 jus sepanjang bulan Ramadhan. Awalnya ingin tiap malam Sholat Tarawih bisa full-version. Shodaqoh rutin juga tiap harinya. Tak lupa mencanangkan diri menggapai Lailatul Qodr. Ahhh, pokoknya sedapnya menggiurkan. Goal akhirnya menjadi manusia yang sangat berbeda di akhir Ramadhan nantinya, seorang muslim yang penuh semangat mengarungi bulan-bulan berikutnya.

Menjelang akhir 10 hari pertama
Boleh jadi kita mulai goyah dalam beroptimis
Boleh jadi kita mulai galau bisa tidaknya target-target tadi terpenuhi
Mulai pula kita ber-su'udzon terhadap berbagai sebab (yang padahal versi kita sendiri saja)

Ah ini gara-gara temen yang pada mengajak buka bareng sih..
Ah ini gara-gara persiapan yang kurang matang nih..
Ah ini gara-gara tugas kuliah yang deadline-nya menohok..
Ah ini gara-gara kerjaan dari bos yang ditumpuk semua ke saya..
Hmmm, jangan-jangan emang saya nggak bisa muslim yang lebih baik
Hmmm, jangan-jangan udah begini takdir saya
Na'udzubillah...

Bulan Ramadhan memang sarat ujian. Tapi di sinilah letak ladang kebarokahan dari-Nya.
Konsistensi niat kita sedang diuji, jangan menyerah ketika kita target belum tercapai.
Mari kuatkan lagi optimisme karena Allah itu Maha Penolong hamba-Nya. Perbanyaklah minta kekuatan agar Allah senantiasa melindungi komitmen kita. Perbanyaklah mengkaji tentang hakikat Bulan Ramadhan dimana sungguh mulia ganjaran bagi yang melaksanakannya.
Hilangkan berburuk sangka maupun sikap senang menyalahkan orang lain, instrospeksi apa yang menjadi kelemahan diri dan perbaiki segera.
Siapkan rencana baru untuk memperbaiki diri sehingga target di awal tetap bisa dicapai dengan sungguh-sungguh. Jangan berputus asa karena belum tentu kita bertemu Ramadhan tahun depan. Masih ada hari-hari Ramadhan yang menanti untuk diisi dengan amalan berkualitas.

Barang siapa dikehendaki Allah kebaikan baginya, maka dia diuji (dicoba dengan satu musibah), Barang siapa yang memelihara kesopanan dirinya, Allah akan memeliara kesopanannya. Siapa yang merasa cukup, maka Allah akan mencukupinya, dan siapa yang melatih kesabaran, maka Allah akn menyabarkannya. Dan tiada seorangpun mendapat karuni pemberian) Allah yang lebih baik dari kesabaran. (HR.Bukhari)

No Response to "Memang itulah Ujian"