Bertapak Rendang Bergarpukan Mangga

Ini cerita yang sebenarnya sudah terlewat inspirasinya lebih dari sebulan, semoga belum expired hehee...Mmmm...bingung juga memulai dari kalimat mana... mungkin biar enak saya tulis apa adanya saja ya...

Pertama terima kasih sudah diperkenan hadir di meja itu. Sebuah meja yang tidak pernah terbayangkan akan diundang ke forum tersebut. Bahkan sejam sebelum forum tersebut digulirkan, saya hanya sekedar bertapak biasa dengan keakraban makan malam bertautkan daging karamel alias rendang.

Nggak pake persiapan, nggak ada TOR, dan kenal dengan 4 lawan bicara di meja itu benar-benar membuat gugup. Gugup yang melebihi gugup yang pernah saya hadapi. Suasana yang coba dibangun beliau adalah rileks, tapi tetap saja saya gugup. Hingga sepasang kalimat dilontar oleh seorang diantara mereka. Keduanya kalimat tanya yang tanpa banyak berpikir saya jawab sederhana, singkat, dan tanpa segala hiperbolik (yaelah introvert gugup nggak perlu majas keuleuss). Dan selepas dua pasang jawaban itu, semua berjalan justru jauh lebih rileks. Mungkin beliau sudah tidak merasa perlu menanyakan hal-hal fundamental lainnya. Guratan senyum terpancar yang segera diikuti 3 orang lainnya. Lanjutan pembicaraanTanpa persiapan dan tanpa pemberitahuan berupa TOR harus terlibat sebuah perbincangan yang serius tapi dibawakan dengan rileks. Jujur saya masih harus banyak belajar untuk lebih matang, tidak ingin saya mengecewakan kepercayaan yang telah dipupuk oleh beliau-beliau.

Hal mendasar yang menjadi pelajaran dari momen ini adalah hakikat pemimpin yang tidak dilihat dari sisi jabatan profesi melainkan kesanggupan dalam memimpin berdasarkan agama. 

No Response to "Bertapak Rendang Bergarpukan Mangga"