Tren Desain Website 2015

Flat design and Limitation Color
Pertanda malas? Pertanda ilmu bikin web-nya udah menthok segitu? Salah. Justru website dengan desain yang flat alias sederhana (sebenarnya terjemahannya sih "datar") akan menjadikan informasi lebih fokus dan mudah dicernakan. Pengguna juga tidak terburu-buru dalam mempergunakan. Transfer data yang lebih kecil otomatis berdampak pada pemakaian "pulsa" mengaksesnya. Penggunaan warna juga tidak lagi asal jetak yang membuat website terlihat norak. Warna akan lebih dibatasi dan bagi Kawan-Kawan yang ingin tahu warna ini cocok dengan apa saja, bisa akses halaman ini pallete.adobe.com.

jQuery and JavaScript for Transition
Sepintas tren ini agar berlawanan dengan tren sebelumnya. Jadi yang bener yang mana donk? Well, pemakaian jQuery dan JavaScript akan lebih dimainkan pada saat transisi konten dan hover-effect, bukan saat didiamkan. Misalnya transisi pergantian halaman, transisi scrolled-page, hingga loading. Khusus untuk loading, perlu diperhatikan bagaimana pengelolaannya. Loading sendiri merupakan fase yang sangat mendebarkan, jangan-jangan download gagal, kok lama banget sih, dan ujung-ujungnya emosi lebih terpancing saat masa-masa menunggu (ya iyalah, siapa juga mau digantung). Nah, dengan efek visual yang menyenangkan, emosi yang terjadi akan lebih bersifat positif (baca: mlongo kagum ama efeknya yang keren) ketimbang bersifat negatif (misuh-misuh)

Simple Font
Era saat ini, jenis huruf/font dengan bentuk sederhana menjadi pilihan yang paling manusiawi. Tidak perlu ada kelebayan layaknya Monotype Corsiva. Justru huruf seperti Open Sans, Helvetica, Kelson, Kozuga, dan berbagai jenis huruf yang sederhana lebih membuat mata nyaman sehingga cepat mencerna informasi dan ketika tulisannya panjang, mata tidak cepat lelah. Permainan huruf juga akan lebih minimal, akan sangat jarang dalam suatu halamn memakai huruf lebih dari 3 jenis. Bahkan sebuah huruf pun tidak terlalu banyak dipermainkan ukurannya.

Full width image
Barangkali tren satu ini agak unik. Pemakaian gambar mulai mengabaikan ukuran pixel. Mungkin pada dendam ama matematikanya ya? Hehehee. Terlepas dari asas praduga (yang tidak ilmiah itu) full-width image menjadi suatu metode untuk menampilkan kesederhanaan dalam mengelola tampilan website. Full width tidak berarti membuat layar ramai karena tidak semua gambar cocok dijadikan full-width. Biasanya gambar tertentu yang tidak terlalu ramai dan lebih "mengademkan" pengunjung website. Jenis full-width bahkan ditampilkan di homepage berupa full-screen, artinya selebar layar dan setinggi layar pula gambar itu ditayangkan. Keberadaan jenis image seperti ini memang menjadikan segala tulisan tidak terlalu banyak dibutuhkan, cukup elemen-elemen yang dianggap perlu. Alhasil kesederhanaan dapat diperoleh oleh designer dan developer.

Ini website sebuah perguruan tinggi. Lihat... Sangat elegan bukan, sederhana dengan latar belakang full-screen

Less article more picture
Keterbatasan waktu menjadi seorang pengguna werbsite, khususnya yang mengonsumsi berita digital, tidak akan sudi berlama-lama menghabiskan wkatu di depan laptop amupun gadgetnya hanya untuk membaca berita yang puanjuaaaanggge polll. Karena itulah, harus disadari bahwa pengelola website perlu menghemat konten yang berupa artikel yang memperbanyak gambar sebagai pendukung artikelnya. Dengan pemangkasan panjangan artikel, artinya ada PR bagi desainer untuk membuat komposisi yang enak dilihat walau artikelnya sudah "disunat".

Lebih menarik bukan sajian seperti ini??

Infographics
Masih berkaitan dengan more picture. Salah satu strategi untuk mengefisiensikan konten sembari mempertahankan bahkan meningkatkan daya tarik terhadap informasi yang akan disampaikan, adalah melalui infografis. Infografis akan merangkum segala hal-hal yang menjadi inti dari berita, baik yang kuantitatif maupun kualitatif. Untuk urusan ini, pengelola website perlu peran seorang desainer yang mengerti bagaimana menayangkan inforgrafis yang bermutu di media monitor PC dan gadget.

Related post
Berlama-lamanya pengunjung merupakan salah satu harapan yang ada di tiap pengelola website. Suguhan berupa sebuah artikel tentu akan kurang "josss" karena sangat mungkin pengunjung langsung pergi ketika selesai membaca artikel yang ada. Keberadaan related-post maupun others-content menjadi fitur yang berpotensi meminimalkan kebiasaan pengunjung yang langsung pergi. Harapannya pengunjung kepo artikel lain dari judulnya, lantas dia berputar-putar asyik membaca artikel satu demi satu dan tak terasa statistik website tersebut sudah menggembung.

Sudah jadi barang wajib bahwa website berita harus ada social media button serta related-posts


Social Media button
Siapa yang tidak mengenal tren social media sebagai jalur penghubung antarmasyarakat. Tempat debat iya, tempat ngasih saran iya, tempat yang walah beragamlah. Era saat ini pun telah menciptakan koneksi antara social media dengan website, khususnya portal berita dan CMS. Koneksi ini berupa share konten melalui social media dan kesuksesan sebuah konten pun kini diukur dari seberapa konten itu di-share melalui social media. Cara tradisional dalam menyebar konten adalah meng-copy URL mampu paste di social media. Tapi cara seperti itu sudah mulai ditinggalkan karena kurang efektif. Metode terbaru adalah membangun button share dimana pengguna klik button tersebut lalu menambahkan caption versi dirinya. Cara simpel yang menuntut desainer dan developer menyediakan button share di dalam website yang dikembangkannya.

One page scrolling
Kesederhanaan pada akhirnya menciptakan sebuah tren baru berupa one-page scrolling. Tren ini berupa sebuah website yang menayangkan seluruh informasi yang dimilikinya ke dalam sebuah halaman yang panjang dan navigasi konten yang berputar-putar sepanjang halaman tunggal tersebut. Biasanya konsep ini banyak diadaptasi oleh perusahaan yang memang kontennya cenderung dinamis dan perlu keringkasan dalam menyajikan informasi.

How Mobile Display??
Yang ini jangan ditanya. Sebagai perbandingan, di salah satu proyek yang pernah penulis tangani, pengakses via PC versus mobile (plus tablet) adalah 3:1. Andaikan saja jika kita punya 1.000.000 pengakses dan kita menyajikan tampilan web yang jelek di mobile. Artinya kita sudah mengecewakan 250.000 pengakses. Potensi kegagalan dan ketidaklakuan di masa depan? Yoii bos.. Maka ketika akan membuat sebuah website, saat ini diperlukan minimal 2 desain, yaitu versi desktop dan versi mobile. Kenapa harus dibedakan? Perilaku penggunanya berbeda, ukuran layarnya juga beda, jelas perlu penanganan yang berbeda pula agar pengakses di kedua media tersebut nyaman.

Inspirasi:
http://graphicdesignjunction.com/2014/08/web-design-trends-2015/
http://thenextweb.com/dd/2015/01/02/10-web-design-trends-can-expect-see-2015/2/
http://www.smartarts.co.uk/blog/web-design-trends-my-6-predictions-for-2015
https://medium.com/@LetsAlign/web-design-trends-for-2015-ade6aab94624

No Response to "Tren Desain Website 2015"