Creative Cities: Pekalongan

Kota satu ini merupakan unggulan kebudayaan kreatif khas Indonesia yang terletak di pantai Utara Jawa. Kota Pekalongan menyimpan tradisi luhur yang sangat kental dalam masyarakatnya. Kota Pekalongan ditetapkan sebagai Creative City oleh UNESCO pada tahun 2014 lalu. Penetapan tersebut juga bermakna khusus karena kota ini menjadi kota (plus kabupaten) pertama di Indonesia yang meraih predikat tersebut.

Predikat tersebut tentu sangat spesial namun tidak terlepas dari kontroversi. Kontroversi yang dimaksud adalah dualisme predikat Kota Batik yang memang masih menjadi polemik antara Kota Pekalongan, Kota Yogyakarta, serta Kota Surakarta. Namun janganlah memecah belah hanya karena kekayaan budaya yang sebenarnya itu milik Indonesia dan tidak ada gunanya untuk diperebutkan. Batik Pekalongan punya kekhasan, begitu pula Jogja dan Solo, bahkan ada banyak daerah di Indonesia (termasuk Tegal) yang punya motif khas batik. Sikap mendukung harus dikedepankan mengingat kita satu identitas berbangsa, Indonesia.

Kembali ke topik Creative City. Kategori yang diraih oleh Kota Pekalongan sebagai Creative City ada pada Craft and Folk Arts alias Kerajinan dan Seni Rakyat. Tentu kategori ini erat kaitannya dengan subsektor ekonomi kreatif kerajinan di Indonesia dimana batik merupakan unggulan dari negara Indonesia. Yang menarik dari web UNESCO ini adalah poin Added Value alias nilai tambah. Ya, benar memang, harus ada keunggulan yang menjadi pembeda sehingga sebuah kota ditetapkan sebagai Creative City . Berikut ini cuplikan added value dari Kota Pekalongan menurut UNESCO:

 Sumber: http://en.unesco.org/creative-cities/pekalongan

Sebenarnya selain Kota Pekalongan, Indonesia masih menyimpan banyak potensi di berbagai kota/kabupaten lainnya untuk didorong menjadi Creative City. Apalagi jika melihat kategori di Creative City: Crafts & Folk Art, Design (desain), Film (ya film), Gastronomy (kuliner), Literature (kepustakaan), Media Arts (seni media), dan Music (musik). Kebetulan di bulan ini Kota Bandung menyusul Kota Pekalongan dengan kategori Design. Kota-kota lain perlu didorong agar bisa menjadi Creative City berikutnya dari Indonesia. Pasti timbul pertanyaan "Apa untungnya?" Tentu identitas sebagai Creative City akan mengundang investor, memacu berbagai kegiatan yang mengaktivasi kreativitas di kota tersebut, dan tentunya akan lebih menghidupkan roda perekonomian di kota tersebut. Namun keuntungan-keuntungan tadi, perlu disadari bahwa kreativitas yang dimiliki Indonesia didominasi kebudayaan dan kearifan lokal. Pengakuan sebagai Creative City merupakan bukti bahwa identitas Indonesia diakui dan menjadi kekuatan untuk mempertahankan diri dari ancaman hilangnya kebudayaan dan kearifan lokal Indonesia.

Oh ya, ngomong-ngomong prestasi Kota Pekalongan ini juga spesial karena hanya diraih oleh kota-kota tertentu di dunia. Lihat saja daftar peraih Creative City untuk kategori Craft and Folk Arts, hanya ada 11 kota selain Kota Pekalongan, yaitu Icheon (Korea Selatan), Hangzhou (RR Tiongkok), Kanazawa (Jepang), Jingdezhen (RR Tiongkok), Nassau (Bahama), Paducah (Meksiko), Fabriano (Italia), Santa Fe (Meksiko), Suzhou (RR Tiongkok), Jacmel (Haiti), dan Aswan (Mesir). Dalam perkembangannya di Desember 2015 ini, menyusul kota-kota di daftar spesial ini adalah Al Ahsa (Arab Saudi), Bamiyan (Afghanistan), Duran (Ekuador), Isfahan (Iran), Jaipur (India), Lubumbashi (RD Kongo), San Cristóbal de las Casas (Meksiko), dan Sasayama (Jepang).


No Response to "Creative Cities: Pekalongan"