Tren Bisnis Digital 2017: e-MICE,e-Tourism, dan e-Ticketing

Bisnis digital tampaknya masih mendominasi berita dinamisnya industri TI di Indonesia. Pertumbuhan pengguna serta kesadaran mengepakkan sayap bisnis di lingkungan 'virtual' menjadi pelecut bisnis digital eksis di tahun 2017. Bahkan, tidak sekedar eksis namun juga menggelora. Dan salah satu bisnis digital yang akan semakin berkembang adalah e-MICE. Terus terang, awalnya saya hanya memilih terminologi e-MICE. Namun seiring literatur tentang lingkupnya, saya rasa dua terminlogi berikut perlu disertakan, yaitu e-tourim dan e-ticketing.

e-MICE secara umum mengacu pada penerapan bisnis digital di bidang sosial-humaniora terkait MICE alias Meetings, Incentives, Conferences, and Exhibitons. Keempatnya tidak tersekat sempurna, artinya ada irisan. Nah, saya tidak ada membahas maksud ataupun lingkup keempatnya, melainkan bagaimana penerapan e-MICE ini. Kegiatan-kegiatan yang melibatkan empat hal ini sudah dari 2015, bahkan 2013 lalu sudah jamak di-IT-an dengan mengonversi sebagian proses bisnis ke ranah digital. Beberapa proses bisnis yang dikonversi ini antara lain publikasi serta mekanisme partisipasi. Sebagai contoh, silakan simak bagaimana bagaimana banyak kegiatan yang menerapkan regitrasi atau reservasi secara daring, mulai dari konsep L'arc en Ciel hingga Piala AFF. Atau bagi akademisi yang aktif mengikuti acara seminasi dimana proses registrasi serta pengiriman dokumen partisipasi yang memafaatkan platform, baik yang sudah terintegrasi maupun yang masih berjalan silo. Jika pernah menggunakan Eventbrite, artinya Kawan sudah pernah menggunakan produk dari e-MICE. Di Indonesia bisnis e-MICE agaknya belum semenjamur bisnis digital lainnya macam marketplace. Alasannya sederhana, model bisnis ini membutuhkan koneksi yang luas serta proses bisnis tiap kegiatan yang kompleks. Khusus untuk urusan kompleksitas, bisa jadi akan ada beberapa startup di tahun 2017 yang membidik e-MICE dengan lingkup hanya sebagian proses bisnis. Peluang berkembangnya sangat lebar lantaran kompetitor yang tidak sebanyak marketplace. Soal konten, jangan khawatir. Ini era global dimana bisnis e-MICE di Indonesia tidak berarti harus kegiatannya di Indonesia. Bisa jadi bisnis yang dibangun menghubungkan Indonesia ke luar negeri. Ya walaupun Indonesia tidak pernah sepi agenda kegiatan MICE sih hehee. Ada banyak konser, ada banyak seminar, ada banyak pameran, dan lain-lain.

e-Tourism memang baru memanaskan persaingan bisnis digital di paruh kedua tahun 2016. Alasannya karena pariwisata di Indonesia memang sudah bukan rahasia bakal membludak di dua masa, kisaran Idul Fitri serta kisaran akhir tahun. Praktis beragam diskon diumbar menjelang dua momen tersebut, mulai dari diskon transportasi, diskon penginapan, hingga diskon paket wisatanya. Saya yakin bahwa gelontoran diskon ini masih terus meramaikan kotak masuk e-mail member-nya. Yang perlu dipertanyakan adalah sejauh mana pengelola objek wisata mau 'terjun' meramai bisnis digital ini. Selama ini urusan e-tourism memang masih didominasi oleh penyedia jasa penunjang pariwisatanya, mulai dari transportasi hingga penginapan plus biro wisatanya, tapi geliat pengelola objek wisatanya masih rendah. Sulit mengubah situasi ini di 2017 karena kebanyakan pengelolaan objek wisata menganut pola pikir 'tunggu perintah dari atas' seingga cenderung pasif dalam mengambil inisiatif, apalagi yang terkait isu SI/TI. Di Indonesia sendiri, saya melihat banyak startup yang sudah mengambil ancang-ancang untuk 'terjun' di e-tourism ini. Menariknya, mereka tidak menjual jasa langsung, melainkan 'menjajakan' informasi alias sebagai pusat informasi tentang informasi tertentu. Barangkali yang menjadi tolok ukur adalah Tripadvisor.

e-Ticketing barangkali yang paling ramai perangnya di tahun 2016. Dan saya yakin perangnya bakal semakin ramai di tahun 2017 nanti. Lihat saja tiket apa yang belum tersedia online/daring. Semua maskapai penerbangan sudah menyediakan layanan tiket secara daring. Pun dengan kereta api yang oleh si pemain monopolinya, yakni PT KAI, telah dieksplotasi proses bisnisnya dengan nuansa SI/TI. Malah sejumlah pemain bisnis digital di bidang transportasi sudah menunjukkan peranannya sebagai 'one stop solution' untuk urusan pesan tiket, mulai dari Traveloka, Pegipegi, Nusatrip, dll. Yang ingin saya simak di tahun 2017 adalah apakah ada perang di luar harga. Praktis persaingan e-ticketing memang berkutat di dua hal, yaitu akses mendapatkan tiket, termasuk kecepatan, serta harga tiket itu sendiri. Belum ada yang berani melakukan inovasi persaingan, termasuk di Indonesia. Apakah di tahu 2017 ini juga sama...

No Response to "Tren Bisnis Digital 2017: e-MICE,e-Tourism, dan e-Ticketing"