U-19 Menuju Myanmar2017

Tahun depan Timnas Junior Indonesia bakal sibuk, baik jenjang U-23 maupun U-19. Pasalnya di dua jenjang tersebut ada hajatan yang bakal menguras waktu untuk persiapan serta tentunya pelaksanaannya. Jenjang U-23 bakal melakoni SEA Games, sedangkan U-19 bakal berjibaku di AFF Youth Championship yang juga kerap disingkat AFF Cup U-19. Yuk kita tengok kiprah Indonesia di ajang AFF Cup U-19 yang ternyata sangat unik.

Kenapa disebut unik ya, hmmm. Alasannya sederhana, Indonesia tercatat hanya pernah sekali masuk babak 4-besar, yaitu di tahun 2013. Kiprah di tahun tersebut sangat spesial karena Indonesia diganjar gelar juara yang hingga saat ini menjadi kisah yang legendaris. Saking legendarisnya, atau tepatnya ternyata agak miris, adalah di luar kiprah tahun 2013 tersebut, Indonesia tidak pernah masuk 4-besar dengan beragam faktor, mulai dari kalah bersaing di penyisihan grup maupun memutuskan tidak tampil.

sumber kompasiana.com


Faktor kalah bersaing sudah mulai melanda di penyisihan grup terjadi pada gelaran AFF Cup U-19 yang pertama tahun 2002 serta yang kedua di tahun 2005. Malah di tahun 2005 Indonesia bertindak selaku tuan rumah, tepatnya Kota Palembang. Penyelenggaraan selanjutnya malah lebih gokil karena Indonesia tidak berpartisipasi pada AFF Cup U-19 tahun 2006, 2007, 2008, 2009, 2010, 2012, dan 2015.  Tahun 2009 Indonesia sempat mendaftarkan diri sebagai peserta, hanya saja bersama dengan Brunei, Filipina, dan Laos mengundurkan diri karena wabah swine flu. Yang paling lucu tentu gelaran tahun 2008 yang hanya diikuti satu negara 'asli' ASEAN, yaitu Thailand. Tiga peserta lainnya adalah Australia yang baru dinaturalisasi sebagai bagian dari AFF serta duo undangan Korea Selatan dan Tiongkok. Kejadian ini terulang di tahun 2012 saat Vietnam menjadi satu-satunya negara 'asli' ASEAN yang menjamu Australia serta duo undangan Iran dan Uzbekistan. Ironisnya, Vietnam babak belur sebagai juru kunci sedangkan Iran menggondol trofi.

Kembali ke kiprah Indonesia yang sempat kembali berpetualang di ajang ini pada tahun 2011. Lagi-lagi Indonesia gagal lolos dari lubang jarum lantaran hanya menghuni peringkat 3 di putaran grup. Alhasil Indonesia hingga tahun 2011, dan kemudian hingga 2012, belum pernah masuk 4-besar. Selanjutnya kita tahu dan ingat kisah heroik Evan Dimas Darmono dkk di tahun 2013. Heroisme yang ternyata tidak berlanjut di 2014 lantaran permainan Indonesia jeblok dan kembali di penyakit lama, yaitu peringkat 3 sekaligus menjabat selaku juru kunci alias gagal lolos ke 4-besar. Jebloknya permainan Indonesia ternyata berlanjut di tahun 2016 yang mana Indonesia malah tampil labil sehingga kalah bersaing dengan Australia dan Myanmar. Di tahun ini Indonesia hanya mampu bercokol di peringkat 4 di atas Kamboja dan Laos.

Bagaimana dengan Myanmar 2017
Hmmm, sulit menerka sejauh mana Indonesia bisa melangkah. Namun kita patut menabur optimisme. Bukan karena pengalaman 'gila' Timnas Senior yang persiapannya singkat tapi bisa meraup runner up, bukan itu. Optimisme ini adalah kepengurusan PSSI yang relatif menjanjikan. Apalagi gelaran Piala Suratin U-17 juga mulai menggeliat. Artinya ada kompetisi untuk memantik bibit-bibit potensial. Hanya saja yang jadi pertanyaan sederhana, siapa peramu/peracik tim ini nantinya. Sejarah bicara bahwa heroisme tahun 2013 ini didukung komitmen tim pelatih yang dikomandoi Indra Syafri hingga 'blusukan' di tengah keterbatasan biaya dan minimnya perhatian PSSI. Apa bisa PSSI menyusun ulang tim pelatih yang demikian. Semoga

No Response to "U-19 Menuju Myanmar2017"